Sejak SD Sudah Keliru, Ternyata Kalbar Tidak Mengenal Musim

Infografis pengertian ZOM. (Doc. Staklim Mempawah)

Mempawah – Selama ini kita mengetahui bahwa di Indonesia, termasuk di Kalbar hanya mengenal dua musim, yakni Musim Kemarau dan Musim Hujan. Pengetahuan ini sudah diajarkan sejak kita duduk di bangku Sekolah Dasar. Bahkan sampai sekarang pun kita tetap mempercayainya.

Setelah ditelusuri, ternyata pemahaman tersebut keliru. Pasalnya, Stasiun Klimatologi (Staklim) Mempawah menyatakan bahwa sebenarnya Kalbar merupakan daerah yang tidak mengenal musim.

“Untuk wilayah Kalbar yang seluas 14 Kabupaten/Kota, kecuali Ketapang, memang tidak mengenal adanya musim. Kenapa, karena normal iklimnya berdasarkan rata-rata 30 tahun. Memiliki pola curah hujan Equatorial. Artinya Kalbar mempunyai dua kali puncak hujan. Yaitu Maret sampai April dan September hingga November. Sehingga hampir sepanjang tahun itu masuk kriteria musim hujan dan juga tidak mempunyai perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau,” jelas Firsta; Forescaster Staklim Mempawah.

Baca :  Sains Harus Dekat, Relevan dan Membumi di Kehidupan Masyarakat

Menurut Firsta, dari 14 Kabupaten/Kota di Kalbar, hanya Kabupaten Ketapang saja yang mengenal adanya musim. Itupun tidak semua daerah Ketapang, melainkan hanya bagian selatannya saja karena memiliki curah hujan pola Monsuna; artinya memiliki perbedaan jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau.

“Yang memiliki musim seperti di Jawa itu, hanya Ketapang Bagian Selatan yang mana mempunyai satu lembah hujan. Jadi curah hujan tinggi terjadi dari Januari sampai Februari. Masuk Juni dan Juli rendah sekali. Nanti mulai naik November dan Desember,” ucapnya.

Baca :  KIP-Kuliah Buka Jalan Mimpi Anak Papua, dari Pegunungan hingga Pesisir

Staklim Mempawah membagi daerah musim di Kalbar Menjadi dua. Yakni Zom dan Non Zon. Zom merupakan kepanjangan Zona Musim. Untuk daerah Zom adalah Kabupaten Ketapang Bagian Selatan. Sedangkan daerah Non Zom Seluruh Kalbar kecuali daerah Kalbar yang masuk Zom.

Menurut Firsta, kesalahpahaman ini terjadi karena saat di sekolah. Para murid diajarkan tentang Javasentris, yang mana buku-buku pengetahuan mempelajari daerah Jawa.

“Jadi selama ini kan, kita mengenal musim karena apa, karena selama di sekolah kan mempelajari Javasentris, mempelajari musim di Jawa,” ungkapnya. (Uli)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 1981 kali