Kisah Inspiratif Ustadz Firanda Andirja: Doa Ibu, Senjata Rahasia di Balik Kesuksesannya

Kisah Inspiratif Ustadz Firanda Andirja: Doa Ibu, Senjata Rahasia di Balik Kesuksesannya. (Foto: Tangkapan Layar Youtube)

KalbarOke.Com – Dalam sebuah kesempatan, Ustadz Firanda Andirja membagikan sebuah kisah inspiratif yang menunjukkan betapa besar peran doa seorang ibu dalam perjalanan hidupnya. Kisah ini bukan hanya tentang ketekunan belajar, tetapi juga tentang senjata rahasia yang ia yakini menjadi kunci setiap keberhasilannya: restu dan doa tulus sang ibu.

Kisah ini berawal saat Ustadz Firanda memutuskan untuk meninggalkan studinya di UGM demi mendalami ilmu agama. Keputusan itu mendapat penolakan dari hampir semua orang, kecuali sang ibu.

“Semua orang melarang, ‘Kamu jangan keluar, kamu jangan keluar,’” kenang Ustadz Firanda. “Semua tidak ada yang mendukung, kecuali ibu saya. Akhirnya ibu bilang, ‘Terserah kamu, Nak. Kalau kamu memang mau pilihanmu itu, silakan bismillah.’”

Dengan restu penuh dari sang ibu, ia pun keluar dari UGM dan memulai perjalanan barunya. Setelah menikah dan belajar di pondok, ia kembali meminta izin ibunya untuk melanjutkan studi ke Madinah, yang lagi-lagi disambut dengan dukungan penuh.

Baca :  Mengapa Yahudi Berpengaruh Kuat? Ini Jawaban Dr. Zakir Naik kepada Pemuda Indonesia

Tantangan Masuk S2 dan S3: Doa Ibu sebagai Senjata Utama

Perjalanan Ustadz Firanda penuh dengan tantangan, terutama saat mendaftar program S2 dan S3 di Universitas Islam Madinah. Ketika mendaftar S2 jurusan akidah, ia diingatkan oleh teman-temannya bahwa yang diterima hanya tiga orang. Namun, dengan penuh keyakinan, ia menjawab, “Tenang aja, yang diterima tiga orang, saya nomor tiga insyaAllah.”

Dalam hatinya, ia menyimpan sebuah keyakinan kuat, “Saya punya ibu yang akan mendoakan saya, saya punya senjata yang paling kuat.”

Ia bahkan meminta sang ibu untuk salat malam, terutama menjelang ujian. “Pagi-pagi di sana, saya telepon ibu saya, ‘Mama bangun salat malam, Bu. Mama bangun salat.’ Saya telepon istri saya juga, ‘Bangun salat karena besok ujian,’” ujarnya.

Tantangan yang lebih besar datang saat ia mendaftar program S3. Saat itu, ia tidatadk memiliki persiapan matang, bahkan hanya bisa menghafal 9 juz dari 10 juz yang diwajibkan sebagai syarat masuk. Namun, berkat nasihat ibunya yang terus menyemangati, ia tetap maju. “Kata ibu saya, ‘Sudah, Nak, masuk saja ujian. Terima enggak terima. Kalau enggak diterima, pulang saja,’” kenangnya.

Baca :  Meningkatkan Kewaspadaan Digital: Pontianak Perkenalkan Koding dan AI untuk Tangkal Situs Ilegal

Singkat cerita, ia berhasil diterima, bahkan dengan nilai yang memuaskan. Ustadz Firanda yakin, semua ini bukan karena kecerdasan atau persiapan yang sempurna, melainkan karena ia memiliki senjata yang paling ampuh: doa tulus dari ibunya.

Kini, setelah sang ibu wafat, Ustadz Firanda merasa ada sesuatu yang hilang. “Sekarang saya merasa agak berat. Ada permasalahan-permasalahan, tapi seperti berat karena senjata andalan saya sudah tidak ada,” tuturnya dengan haru.

Kisah Ustadz Firanda Andirja ini menjadi pengingat yang kuat bagi kita semua tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Doa dan restu mereka adalah kekuatan tak terbatas yang dapat membuka jalan bagi kesuksesan, bahkan di tengah kesulitan yang paling besar.

Sumber: Youtube

 

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 60 kali