Dugaan Keracunan di Program Makan Bergizi Gratis Ketapang, Pihak Yayasan Ungkap Kejanggalan

Hefni Maulana (kanan), Pengelola Yayasan yang Bermitra Dapur MBG di Ketapang | Dugaan Keracunan di Program Makan Bergizi Gratis Ketapang, Pihak Yayasan Ungkap Kejanggalan. (Foto: Jeckmus)

Penyelidikan Kasus Dugaan Keracunan Makanan di Ketapang, Pihak Yayasan Beri Klarifikasi

KalbarOke.Com – Sebanyak 20 orang yang terdiri dari 19 siswa dan 1 guru di SD Negeri 12 Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, diduga mengalami keracunan setelah menyantap hidangan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Selasa (23/9).

Peristiwa ini memicu respons cepat, termasuk dari pihak pengelola dapur yang memasok makanan ke sekolah tersebut.

Hasil Uji Laboratorium Sementara Menunjukkan Kondisi Aman

Menanggapi laporan yang beredar, Hefni Maulana selaku pengelola Yayasan Adinda Karunia Ilahi yang bermitra dengan Dapur MBG, memberikan penjelasan resmi pada Rabu (24/9/25).

Menurutnya, hasil uji laboratorium sementara yang dilakukan terhadap sampel makanan menunjukkan kondisi aman dan tidak ditemukan kandungan berbahaya.

“Kami mohon masyarakat tidak terburu-buru menyimpulkan makanan ini beracun sebelum ada bukti resmi,” ujar Hefni. “Narasi yang berkembang di media berawal dari pernyataan pihak sekolah yang menyebut makanan beracun, padahal hasil uji lab belum keluar. Hal ini yang membuat berita di Benua Kayong meledak,” tambahnya.

Baca :  Kinerja Bank Kalbar Meningkat Signifikan, Kepercayaan Masyarakat Terus Menguat

Munculnya Kejanggalan dalam Laporan Korban

Hefni juga menyoroti adanya beberapa kejanggalan dalam laporan yang beredar. Salah satunya adalah adanya satu guru yang ikut dilaporkan terdampak. Padahal, program MBG ini hanya diperuntukkan bagi siswa sesuai dengan jumlah penerima manfaat yang terdata.

“Yang menjadi pertanyaan, mengapa ada guru yang ikut dilaporkan terdampak, padahal jatah makanan hanya khusus siswa. Ini menimbulkan kejanggalan,” jelasnya.

Selain itu, Hefni menambahkan bahwa program MBG di Kecamatan Benua Kayong melayani 20 sekolah, dengan total 3.474 siswa penerima manfaat. Namun, kasus dugaan keracunan ini hanya terjadi di satu sekolah.

“Kalau makanan benar-benar beracun, seharusnya semua sekolah terdampak, karena dapurnya sama, alat masaknya sama, bahan yang dipakai juga sama. Faktanya, sekolah lain aman, tidak ada gejala serupa,” tegasnya.

Baca :  Jembatan Sejiram-Semitau Ditinggikan, Solusi Banjir demi Lancarnya Akses Warga Kapuas Hulu

Tanggung Jawab dan Evaluasi Berkelanjutan

Meskipun hasil uji lab sementara menunjukkan tidak ada masalah, pihak dapur mitra untuk sementara dinonaktifkan sebagai bentuk tanggung jawab sambil menunggu hasil investigasi resmi dari Dinas Kesehatan dan BPOM.

“Program makan bergizi gratis ini baru berjalan sekitar satu minggu di Benua Kayong. Kami akan terus melakukan evaluasi, namun kami juga berharap tidak ada pihak-pihak yang mencoba mendiskreditkan program nasional ini atau melakukan penggiringan opini yang keliru,” tutup Hefni.

Hingga kini, sebagian besar siswa yang sebelumnya mendapat perawatan sudah kembali ke rumah, dengan hanya tiga orang yang masih dalam pendampingan.