Angker dan Penghambat Logistik: Ketua Komisi V DPR RI Mendesak Solusi Cepat untuk Tanjakan Bukit Biru Kapuas Hulu

Angker dan Penghambat Logistik: Ketua Komisi V DPR RI Mendesak Solusi Cepat untuk Tanjakan Bukit Biru Kapuas Hulu. (Foto: Tangkapan Layar Youtube)

KalbarOke.Com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sekaligus Ketua Komisi V, Lasarus, menyoroti secara langsung kondisi kritis Tanjakan Bukit Biru di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Lasarus mendesak perwakilan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang mendampingi kunjungan kerjanya untuk segera mengkaji dan mencari solusi permanen bagi jalur logistik vital tersebut.

Lasarus menekankan bahwa kondisi jalan yang curam di Bukit Biru bukan hanya menyulitkan pengemudi truk bermuatan berat, tetapi juga berpotensi tinggi menimbulkan korban jiwa.

Menurut Lasarus, yang merupakan perwakilan daerah pemilihan (Dapil) tersebut, tanjakan Bukit Biru selama ini menjadi penghambat utama mobilitas barang antara Sintang dan Putussibau.

“Setahu saya, mobil muatan enggak ada yang berani naik langsung di sini. Begitu sampai di sini, berhenti ya, kemudian dia nunggu truk kosong dulu, kalau ada truk kosong baru truk kosong itu yang tarik,” ungkap Lasarus.

Ia menambahkan bahwa situasi ini telah berlangsung lama dan berdampak serius pada efisiensi logistik di Kalimantan Barat.

Baca :  Jejak Karbon Kalbar di Mata Dunia: Sekda Harisson Jelaskan Komitmen Provinsi Hadapi Under2 Coalition

“Ini udah pasti mengganggu lalu lintas logistik, mempercepat barang sampai di tempat dan seterusnya. Akibatnya, barang pasti mahal. Memang ini harus kita cari jalan keluar,” tegasnya.

Lasarus menyoroti bahwa keterlambatan dan risiko kecelakaan adalah dua masalah utama di Bukit Biru. Seringkali, truk yang mengantri terpaksa menunggu hingga malam hari jika tidak ada truk penarik yang lewat.

“Saya takutnya dia berjudi naik, bukannya ke sana, mobilnya malah kembali ke bawah sana atau ke seberang sana atau ke jurang di sebelah. Dan kejadian sudah banyak makan korban, sampai meninggal dunia,” kata Lasarus prihatin.

Ia juga menyoroti risiko keselamatan bagi orang lain jika truk yang gagal menanjak malah mundur dan menabrak kendaraan atau orang di belakangnya.

Abi, salah satu sopir truk yang sering melintasi rute tersebut, membenarkan kesulitan ekstrem yang dihadapi para pengemudi.

“Kalau muatan berat harus [ditarik], harus ditarik, Pak. Ini enggak bisa langsung,” kata Abi.

Baca :  Polemik Aset Bandara: Bupati Kubu Raya Tantang Angkasa Pura Bongkar Jika Keberatan

Abi menjelaskan, hanya truk dengan muatan di atas 10 hingga 11 ton yang berpeluang melewati tanjakan, namun tetap terkendala karena tanjakan yang terlalu tinggi dan panjang. Abi berharap ada upaya pemotongan tanjakan (cut and fill) untuk mengurangi kemiringan jalan.

“Harapan Bapak sebagai pengendara, nih, gimana? Kalau bisa diusahakan dipotong, dipotong, dipotong,” pinta Abi.

Melihat kondisi di lapangan dan risiko yang ditimbulkan, Lasarus mendesak agar perwakilan Kementerian PUPR yang hadir segera bertindak.

“Kami berharap tentu ini nanti akan kita evaluasi kondisi jalannya, dan seterusnya kita minta ini segera ditangani, Pak. Sesegera mungkin,” tulis Lasarus melalui akun media sosialnya, sekaligus mengarahkan permintaan solusi kepada perwakilan Kementerian PUPR.

Penyelesaian masalah di Bukit Biru menjadi kunci penting dalam mendukung kelancaran distribusi barang dan mengurangi biaya logistik, sekaligus meningkatkan keselamatan pengguna jalan di Kapuas Hulu.