Oleh: Bayu, M.Pd
Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November bukan sekadar mengenang perjuangan para pendahulu yang rela berkorban demi kemerdekaan bangsa. Lebih dari itu, momen ini menjadi refleksi bagi kita untuk menanamkan semangat kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di dunia pendidikan. Di era yang penuh tantangan seperti sekarang, medan juang para pemuda dan mahasiswa bukan lagi di medan perang, tetapi di ruang-ruang belajar, laboratorium, dan lapangan pengabdian masyarakat. Di situlah pahlawan masa depan sedang ditempa.
Pendidikan memiliki kekuatan besar untuk melahirkan generasi tangguh yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan sosial. Sejarah membuktikan bahwa banyak pahlawan bangsa lahir dari rahim pendidikan dari guru yang menanamkan nilai kejujuran hingga mahasiswa yang menyalakan api perubahan. Ki Hadjar Dewantara, Haji Agus Salim, dan Mohammad Natsir adalah contoh nyata bagaimana ilmu pengetahuan menjadi jalan perjuangan menuju kemerdekaan sejati.
Meskipun begitu, tantangan pendidikan saat ini tidak lagi sesederhana dulu. Kita hidup di tengah arus globalisasi dan revolusi digital yang membawa perubahan luar biasa cepat. Generasi muda mudah terpapar oleh budaya instan dan individualisme. Di sinilah peran pendidikan menjadi sangat penting: bukan hanya untuk mencetak tenaga kerja terampil, tetapi untuk membentuk manusia berkarakter, kritis, dan berjiwa kebangsaan. Pendidikan harus kembali menjadi sarana pembentukan jati diri bangsa.
Pemuda dan mahasiswa hari ini perlu memahami bahwa semangat kepahlawanan tidak harus diwujudkan dengan angkat senjata. Mengajar anak-anak di pelosok, meneliti solusi bagi permasalahan masyarakat, hingga menyuarakan kebenaran melalui karya tulis atau inovasi sosial semuanya merupakan wujud nyata kepahlawanan di era modern. Pahlawan masa kini adalah mereka yang menyalakan cahaya pengetahuan di tengah kegelapan kebodohan dan ketidakpedulian.
Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, semangat kepahlawanan juga harus dikontekstualisasikan dengan tantangan zaman. Mahasiswa yang mengembangkan aplikasi pendidikan, guru yang memanfaatkan media digital untuk pembelajaran kreatif, atau pelajar yang menginspirasi teman-temannya melalui literasi dan kegiatan sosial mereka adalah contoh nyata pahlawan digital yang membawa perubahan positif. Dunia maya pun bisa menjadi arena perjuangan baru untuk menebarkan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.
Namun, pendidikan tidak akan mampu melahirkan pahlawan masa depan tanpa fondasi moral yang kokoh. Kurikulum yang hebat tidak berarti apa-apa jika tidak disertai keteladanan dari para pendidik. Guru dan dosen bukan hanya pengajar, tetapi pembimbing yang menyalakan api semangat dalam diri siswa maupun mahasiswa. Keteladanan, keikhlasan, dan integritas adalah nilai-nilai yang akan menumbuhkan karakter kepahlawanan sejati pada generasi muda.
Negara pun memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa pendidikan tidak sekadar menjadi formalitas, melainkan menjadi kekuatan transformasi sosial. Investasi dalam pendidikan adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus bersinergi dalam menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi semua anak bangsa, termasuk mereka yang tinggal di daerah perbatasan, pesisir, dan pedalaman. Di sanalah seringkali lahir pahlawan sejati yang berjuang dalam kesunyian.
Semangat kepahlawanan dalam pendidikan juga harus menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan empati sosial. Mahasiswa dan pelajar perlu diajak untuk memahami realitas masyarakatnya: kemiskinan, ketimpangan, dan tantangan pembangunan. Dari kesadaran itulah lahir semangat untuk berbuat, mengabdi, dan memberikan solusi. Pahlawan masa depan bukan mereka yang hanya mengejar gelar, tetapi yang mampu menghadirkan manfaat bagi sesama.
Pendidikan sejatinya adalah proses memerdekakan manusia membebaskan dari kebodohan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Dalam konteks inilah, setiap ruang kelas sesungguhnya adalah medan perjuangan, dan setiap siswa yang berjuang menuntut ilmu adalah calon pahlawan. Mereka akan menjadi generasi yang membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih cerah, dengan semangat juang yang diwariskan oleh para pahlawan terdahulu.
Akhirnya, Hari Pahlawan mengingatkan kita bahwa setiap zaman melahirkan pahlawannya masing-masing. Jika dulu mereka berjuang dengan bambu runcing, kini perjuangan itu diteruskan melalui pena, pikiran, dan karya. Maka, marilah kita jadikan pendidikan sebagai medan juang untuk melahirkan pahlawan masa depan generasi cerdas, berkarakter, dan siap mengabdi untuk kemajuan Indonesia.
Penulis adalah Dosen Universitas Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas (UNISSAS).






