Sekilas penampilannya biasa-biasa saja seperti petani kebanyakan. Begitu sederhana dan apa adanya. Namun siapa sangka, pria paruh baya ini seorang petani sukses di Kalimantan Barat. Ibarat pepatah jangan menilai sesuatu hanya dari kulit luarnya saja. Sebab penampilan fisik, memang tidak bisa dijadikan patokan untuk menggambarkan kalau dia adalah petani sukses dengan omzet Ratusan bahkan Miliaran Rupiah dalam setahun.
PONTIANAK, KB1 – Itulah sosok Subejo. Petani Desa Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Keberhasilannya mengembangkan tanaman hortikultura selama lebih dari 10 tahun, telah menjadikannya sebagai satu diantara petani yang disegani. Bahkan banyak petani di Kalbar memetik pengalaman darinya. Melalui keuntungan yang diperoleh, Subejo mampu membeli beberapa unit traktor untuk mengolah bisnis pertaniannya dengan cara modern. Bahkan dia pun nekad melepas profesinya sebagai tenaga pendidik dengan beralih menjadi seorang petani.
Pria yang akrab disapa pak Bejo ini awalnya seorang PNS. Pendidikan Guru Sekolah Dasar atau PGSD yang ditempuhnya di masa silam, menempatkan Subejo menjadi seorang guru SD di Kabupaten Kubu Raya di Tahun 1993. Lalu dia mulai membangun usaha peternakan ayam boiler atau ayam potong. Tak puas dengan hanya mengelola usaha peternakan, Subejo kemudian mencoba mendaur ulang hasil limbah ternak ayam potongnya untuk tanaman jagung pipil.
“Kita memang harus kreatif kalau mau sukses, makanya setiap apa pun peluang yang ada selalu saya menfaatkan sebaik mungkin. Apalagi pertanian memang menjadi hoby saya yang mungkin sudah turunan dari orangtua,” kata Subejo sambil sibuk mencabuti rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman bawang merah di lahan pertaniannya.
Namun Rasau Jaya merupakan satu diantara wilayah pesisir di Kalbar dengan jenis tanah yang paling dominan adalah lahan gambut. Inilah yang memang menjadi tantangan besar bagi setiap petani di daerah ini. Sebab lahan gambut tidaklah sesubur tanah di Pulau Jawa, daerah asal Subejo. Itu pulalah yang menyebabkan lahan gambut di wilayah pesisir, terutama lahan gambut dengan kedalaman kurang dari 2 meter menjadi lahan tidur selama bertahun-tahun di provinsi ini.
“Lahan gambut tantangannya memang lebih besar. Dikatakan mudah ya mudah namun dikatakan sulit ya memang cukup sulit, karena lahan kita gambut dan cuacanya juga lumayan panas sekali di musim kemarau,” ungkap pria murah senyum ini.
Maka tak heran, banyak orang malas mengolah lahan gambut karena memang biaya yang diperlukan mahal. Berbeda dengan jenis tanah di Jawa yang umumnya lebih subur. Sifat tanahnya yang asam membuat lahan ini sangat sulit diolah untuk keperluan budidaya sektor pertanian. Namun berkat kerja keras dan ketekunan Pak Bejo sapaan akrabnya, lahan tersebut bisa berdaya guna untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Saya malah berhasil mengembangkan bawang merah di sini (lahan gambutnya,red). Bawang merah di sini bisa berkembang kalau kita mau upayakan, melalui pengolahan tanah yang tepat dan pemilihan bibit yang cocok” jelas Bejo.
Subejo mencoba mengolah lahan gambutnya dengan terlebih dahulu menebarkan kapur. Sebab kapur memiliki sifat menurunkan kadar asam tanah. Namun kenyataannya, kapur saja belumlah cukup. Lahan gambut ternyata juga hanya memiliki unsur dominan nitrogen. Padahal lahan akan cocok digunakan untuk bertani jika memiliki unsur lain seperti fosfat, kalium dan klorida.
“Bawang merah itukan perlu air yang cukup, jadi perlu kelembaban tanah yang konstan. Sebab jika airnya kurang bisa merusak tanaman,” bebernya.
Pria kelahiran 49 Tahun silam asal Grobogan, Jawa Tengah ini menilai perlu waktu bertahun-tahun bagi lahan gambut untuk bisa ditanami tanaman pangan dan hortikultura. Pada tahun 2003 hingga 2005, Subejo mengkombinasikan usaha peternakan ayam potong, Sapi dan Jagung pipil menggunakan sistem pertanian terpadu. Di sinilah awal mulanya Subejo hijrah ke beragam jenis tanaman hortikultura. Karena dirasakannya lebih menguntungkan dengan silih berganti menanam sayur, tomat, timun, cabe, melon dan semangka non biji.
“Mengembangkan tanaman hortikultura itu menjanjikan. Kita hanya perlu belajar membaca cuaca pertahunnya, kapan menentukan waktu tanam dengan jenis tanaman yang sesuai,” kata Bejo.
Selain karena jaminan kualitas yang dihasilkan, kesetiaan Subejo membudidayakan tanaman hortikultura juga ditentukan oleh adanya kepastian jaminan pasar terhadap produk taninya. Subejo tidak pernah kesulitan dalam hal pemasaran. Menjaga kepercayaan klien, itulah yang dilakukan bapak dua anak ini. Dia begitu gampang memasarkan hasil taninya dengan terus memegang distributor yang sama untuk menampung hasil taninya. Dengan demikian produk tanaman hortikulturanya sudah sampai di pasaran dalam kondisi segar.
“Petani harus mampu memasarkan hasil taninya, apalagi sebagian besar jenis tanaman hortikultura tidak bisa bertahan dalam waktu lama. Maka kita harus menjaga kepercayaan distributor dengan menyediakan produk tani dalam kondisi segar,” ungkap Bejo membagi rahasia sukses produk taninya yang mudah menembus pasaran.
Dari uji coba beberapa kali, Subejo merasa ternyata yang paling ekonomis untuk pertanian di lahan gambut adalah sayuran dan buah-buahan. Namun memang, modalnya sangat besar dan beresiko tinggi. Tak hanya itu, petani lahan gambut mesti bekerja keras terutama ketika musim kemarau tiba. Sebab sistem irigasi harus bagus supaya kadar air di tanah tetap normal ketika hujan tidak turun. Belum lagi, saat musim hujan tiba. Para petani juga perlu menjaga lahan pertanian mereka agar tanaman tidak terendam banjir. Langkah Subejo sukses memanfaatkan lahan gambut bertanam hortikultura diikuti juga oleh petani-petani lain karena melihat bahwa lahan gambut bisa digunakan.
“Saya kerap membagi pengalaman kepada teman-teman petani, terutama cara mengembangkan bawang merah yang cukup potensial peluangnya. Selama inikan bawang merah kita diperoleh dari Jawa, coba kalau kita sendiri yang mampu memenuhi kebutuhan pasar, berapa selisih untung dari biaya angkut yang bisa diperoleh,” kata Subejo seraya tersenyum lebar, merasa puas atas jerih payahnya yang kini berbuah manis. (deL/02)
Artikel ini telah dibaca 2570 kali