Lidah buaya yang bernama latin Aloe vera merupakan tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia karena kegunaannya sebagai sumber penghasil bahan baku aneka produk industri makanan, farmasi dan kosmetik. Nah bicara mengenai produk olahan lidah buaya, telah banyak wirausaha di Kota Pontianak yang mampu melirik peluang besar dari usaha ini. Seperti yang digeluti Yuliana, warga Jalan Imam bonjol, Komplek Tanjung Sari, Pontianak, Kalimantan Barat. Menamakan produk olahan lidah buayanya Roti Ku Hidup, Ibu Yuliana telah mampu bersaing dalam bisnis kuliner di tanah air.
PONTIANAK, KB1 – Rotiku hidup adalah nama sebuah home industry yang kini telah melekat dalam bisnis kuliner Ibu Yuliana. Terletak di tengah kota dekat dengan komplek Universitas Tanjungpura Pontianak, Yuliana menjadikan kediamannya sebagai tempat olahan beragam produk lidah buaya yang di pasarkannya. Mungkin sekilas tak begitu tampak, bahwa rumah yang terlihat dari luar terbilang sederhana ini adalah pusat pengolahan produk lidah buaya Rotiku Hidup yang begitu nikmat.
“Dulu di Jakarta saya punya usaha donat kentang yang dikasi nama Roti ku Hidup, karena tidak ada bahan kimia dan bahan pengawet maka roti ku hidup. Nah saat kembali buka usaha lidah buaya di sini (Pontianak,red) dari pada susah-susah nyari nama lagi, jadi dikasi nama yang sama saja,” kata Yuliana mengenang pemberian nama usahanya yang begitu unik.
Produk yang dijual home industry Rotiku hidup diantaranya teh lidah buaya dengan rasanya pahit karena merupakan teh herbal. Teh ini berkhasiat untuk menurunkan berat badan yang sangat cocok untuk penderita diabetes. Untuk jenis minuman lainnya, ada juga sari lidah buaya. Minuman rasa manis dengan sari lidah buaya berkhasiat untuk panas dalam. Bentuknya seperti nata de coco, hanya saja sari lidah buaya memiliki garis-garis hijau di dalam daging buahnya. Garis-garis hijau ini disebut serat dari aloevera.
Sedangkan untuk camilan lainnya, Rotiku hidup membuat olahan produk Jeli lidah buaya. Permen lidah buaya ini dibungkus dengan rapi secara manual dan untuk packagingnya masih dengan cara buatan tangan. Tak hanya itu, produk lidah buaya Rotiku hidup juga memproduksi dodol lidah buaya. Sejenis paganan tradisional ala Indonesia yang terbuat dari bahan lidah buaya. Untuk anda yang suka makanan kering, Rotiku hidup juga menyediakan kerupuk lidah buaya yang garing siap memanjakan lidah anda. Ada pula kue kering lidah buaya yang dibuat dengan bahan lidah buaya dengan beberapa variasi, termasuk roti lidah buaya.
“Semua produk kita berbahan baku utama Lidah Buaya yang tentu saja enak dan menyehatkan,“ ungkap Yuliana.
Untuk menjaga cita rasa produk olahan Lidah Buaya Rotiku Hidup, Yuliana dibantu beberapa orang karyawan sesuai keahlian mereka. Sebab tak mudah menjadikan lidah buaya yang miliki tekstur daging buahnya lembut banyak kandungan air menjadi camilan kering. “Karyawan yang bantu ada 5 orang, saya juga terhitung karyawan karena ikut turun tangan,” canda Yuliana sambil tertawa.
Bertahan dalam ketatnya persaingan dunia usaha di tanah air tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi produk usaha sejenis begitu banyak pula diikuti wirausaha lainnya yang terus bermunculan. Namun Rotiku Hidup ternyata mampu melewati semua rintangan tersebut. Tangan dingin Yuliana dalam mengelola bisnisnya justru bisa menjadikan produk olahan lidah buaya Rotiku Hidup semakin besar dan berkembang. Melirik pasaran skala nasional, Ibu Yuliana terus berupaya mengembangkan sayap dengan menciptakan beragam produk lainnya untuk mencari peluang baru dalam bisnisnya.
Alhasil, berkat kegigihan Yuliana, wanita ramah inipun mempu mendulang sukses dari bisnis kuliner yang digelutinya. Betapa tidak, dalam satu bulan Yuliana mendapatkan omzet puluhan juta rupiah. “Produk kita memang lumayan banyak, jadi ada banyak pula pilihan konsumen untuk menikmati beragam jenis kuliner olahan lidah buaya. Pasaran selain lokal kita juga merambah di pulau Jawa dan Batam kalau ditotal semua, sebulan kita bisa untung sekitar Rp 40 sampai Rp 50 juta,” kata Yuliana.
Tapi tak ada kesuksesan yang bisa diraih dengan mudah. Mungkin inilah gambaran kerasnya usaha yang dilakoni Yuliana dalam menjalankan bisnis produk lidah buaya yang dihasilkannya. Semua tentu berbanding lurus dengan kegigihan dan keuletan si empunya usaha. Karena itu, Yuliana menempatkan karyawannya sesuai kemampuan dan keahliannya dalam produksi. “Kita pilih orang sesuai keahliannya, ada yang tugasnya membersihkan lidah buaya saat masih mentah, ada bagian pengolahan, ada yang masak hingga membuat kemasan produk,” beber Yuliana.
Meski terbilang sukses, namun bukan tak ada aral yang melintang dalam mewarnai perjalanan bisnis Ibu Yuliana. Terkadang Yuliana memang dihadapi masalah penyediaan bahan baku tertentu untuk produk olahan lidah buayanya. Salah satunya ketersediaan kemasan produk dalam mendukung bisnis kuliner yang digelutinya.
“Kemasan kita masih pakai Jakarta punya, misalnya untuk beli dus biayanya sekitar Rp 6 juta namun ongkos kirimnya mencapai 4 juta rupiah, karena dus mengembang jadi besar paket kirimnya,” ungkap Yuliana.
Maka dia juga harus memutar otak untuk mengatasi masalah pengiriman produk olahan lidah buayanya. Usahanya yang telah melebarkan sayap hingga menjangkau pasaran nasional ternyata ikut memberinya tantangan dalam masalah transportasi. Produk yang dihasilkan tentu harus sampai ketangan konsumen dalam kondisi yang masih bagus. Karena itu, pengiriman produk mesti dilakukan secara cepat dan tepat sampai ke tujuan daerah pemasaran. Selain itu, tidak adanya penyediaan kemasan produk juga mengharuskan Yuliana mendatangkan bahan baku dari Jakarta.
“Kita kirim keluar transportasi sangat mahal, padahal mereka banyak yang suka olahan lidah buaya makanya tetap kita pasarkan jadi sampai sana tambah mahal lagi,” kata Yuliana.
Nama Rotiku hidup sendiri merupakan cerminan semangat dan motto bagi sang empunya usaha dan karyawan-karyawannya untuk lebih hidup dalam setiap perkerjaan yang mereka kerjakan dan merupakan semangat dedikasi dalam sebuah perkerjaan dalam jangka panjang. Mungkin semangat inilah yang membuat produk olahan lidah buaya Rotiku hidup tetap bertahan hingga kini.
Bahkan inovasi terus dilakukan. Seperti pengolahan lidah buaya menjadi tepung merupakan upaya teknologi untuk mendapatkan nilai tambah tanaman ini. Sehingga lidah buaya tidak hanya dijual dalam bentuk pelepah segar yang harganya relatif murah. Namun hasil olahan ini semakin membuat banyaknya varian produk lidah buaya. Inilah yang sedang diupayakan Ibu Yuliana dalam melebarkan sayap usahanya. Menciptakan produk baru agar semakin banyak jenis produk yang akan ditawarkannya. Seperti membuat pisang goreng krispi lidah buaya.
“Sebenarnya produk ini sudah ada tahun 2005-2006, awalnya saya coba otak-atik jadilah pisang goreng aloevera,” kata Yuliana.
Saat ini, produk baru pisang goreng krispi lidah buaya sudah dipasarkan ke sejumlah Mall di Kota Pontianak. Respon masyarakat pun ternyata cukup baik. Terbukti sudah banyak konsumen ibu Yuliana yang menyenangi produk baru olahan lidah buaya ini. Apalagi pisang goreng cukup familiar sebagai cemilan nikmat masyarakat lokal. “Kita sudah coba pasarkan di Mall dan lumayan laris juga, krispinya dari lidah buaya dari olahan yang kita buat tepung,” ungkapnya.
Tidak hanya nikmat di lidah, semua produk lidah buaya ini diolah secara alami yang baik untuk kesehatan. Meski berskala UKM, namun produk lidah buaya Rotiku hidup telah merambah pasaran nasional. Bahkan home industry ini pernah mendapatkan piala Upakarti Indonesia di tahun 2009 atas jasanya untuk memajukan industry kecil menengah di Kalimantan barat yang bergerak di bidang camilan dan oleh-oleh khas Pontianak. (deL/02)
Artikel ini telah dibaca 2710 kali