Ingin Masuk Timnas U-19, Dua Bocah Ini Rela Jadi Tukang Semir Sepatu

PONTIANAK, KB1- Tangan Anji (11) tahun terlihat cekatan memainkan sikat dan semir. Abang sepupunya, Joni (12) juga terlihat sama. Sambil duduk lesehan, mengenakan kaos oblong dan celana pendek, dua bocah ini tampak asyik menikmati aktivitasnya, sebagai jasa tukang semir sepatu.

Di temui di Warung Kopi “Ayla” Jalan Setia Budi, Pontianak, Selasa (14/10/2014) siang, mereka sedang ketiban rezeki. Tiga pasang sepatu tak lain milik pengunjung Wakop mereka sikat. Hanya bermodalkan sikat, semir dan jasa permintaan, dalam hitungan menit, sepatu milik pengunjung Warkop yang semula kusam menjadi tampak mengkilap.

Anji dan Joni bukanlah bocah jalanan. Keduanya adalah warga Gang Sapta Marga, Kecamatan Pontianak Barat. Namanya masih tercatat sebagai siswa kelas V, SDN 68, Kecamatan Pontianak Barat. Bahkan Anji sendiri mengaku, di bangku sekolah ia selalu mendapat ranking di kelas.

“Kemarin saya dapat ranking tiga di kelas,” katanya, kepada kalbarsatu.com.

Ia mengaku, menjalani profesi sebagai tukang semir sepatu baru ditekuni selama tiga bulan. Awalnya ia hanya ikut teman dan melihat gaya temannya menjalani aksi semir sepatu. Dari perkenalan itu ia kemudian tertarik untuk menekuni pekerjaan tersebut.

Baca :  Bakso Sapi Bakmi Ayam 68, Tempat Yang Wajib Kamu Singgahi Jika Ke Kota Singkawang

Hasilnya, dalam sehari, keduanya bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 30 ribu. uang segitu mereka bagi dua.

Bagi Joni dan Anji, menekuni pekerjaan itu bukan pilihan mereka sendiri, tetapi nasib yang membuat mereka seperti itu. Bahkan Anji, yang usia masih bocah sekarang terpaksa tinggal bersama kakaknya, lantaran sang ibu sudah menikah dengan pria lain dan meninggalkan Anji dan ke lima anaknya yang lain.

Menariknya, dua bocah itu setiap hari selalu berkeliling di lokasi Warkop, mereka sama sekali tidak malu apalagi sungkan menekuni sebagai jasa semir sepatu. Keduanya juga mengaku sama sekali tidak pernah meninggalkan sekolah.

“Saya kerja begini setiap kali pulang sekolah,” katanya. Biasanya mereka mengutamakan dulu pulang ke rumah, untuk mengganti pakaian seragam sekolah dengan seragam jalanan.

Baca :  Bakso Sapi Bakmi Ayam 68, Tempat Yang Wajib Kamu Singgahi Jika Ke Kota Singkawang

Dari rumahnya menuju ke lokasi Warkop, mereka menggunakan opelet. Jam kerja mereka, mulai pukul 11.00-15.00 WIB. Selama itu pula penghasilan mereka tidak tetap. “Kadang Rp 30 ribu kadang juga lebih,” tutur Joni menambahkan. Uang itu sebagian mereka tabung dan sebagian lagi mereka gunakan untuk bermain futsal bersama teman sekelasnya.

“Setiap sore saya main futsal,” kata Anji. Ia mengaku sudah lama memiliki kegemaran mengolah bola bundar. Maklu, setelah melihat Tim Nasional (Timnas) U-19 bermain bola, keduanya pun berkeinginan, suatu saat nanti, mereka bisa masuk Timnas U-19.

“Saya ingin seperti Evan Dimas. Saya ingin masuk Timnas. Makanya saya cari uang agar bisa bayar lapangan bermain futsal bersama teman,” tuturnya. Mereka ingin mengembalikan kepercayaan tinggi. Iangin membawa Timnas U-19 di masa mendatang bisa mampu mengukir prestasi hingga piala dunia, meski kemarin Timnas ini gagal di Piala Asia 2014. (ags)

 

 

 

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 1611 kali