KalbarOke.Com – Hujan deras dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Kabupaten Melawi sejak beberapa hari terakhir menyebabkan debit air Sungai Pinoh, Sungai Cina, dan Sungai Sokan meningkat drastis. Akibatnya, banjir melanda sejumlah desa di Kecamatan Tanah Pinoh dan Kecamatan Sokan.
“Banjir mulai naik sejak Selasa (17/9) siang, sempat surut sebentar, namun kembali naik pada Rabu (18/9) pagi,” ujar Apat, warga setempat.
Kapolsek Kota Baru, IPTU Edi Harianto, menjelaskan bahwa pihaknya langsung turun ke lapangan untuk memantau situasi dan memastikan kondisi warga. Dari hasil patroli, sejumlah desa terdampak, antara lain Desa Suka Maju, Desa Loka Jaya, Desa Tanjung Gunung, Desa Madong, Desa Bata Luar, dan Desa Bina Jaya.
Polisi Patroli di Lokasi Banjir, Warga Diimbau Waspada
Ketinggian air yang merendam permukiman dan akses jalan bervariasi antara 50 sentimeter hingga satu meter. Di Desa Suka Maju, tepatnya di Dusun Kantor Trigala Pasar, sebanyak 50 rumah yang berada di bantaran Sungai Pinoh terendam dengan ketinggian air mencapai satu meter.
Sementara itu, di Desa Loka Jaya, air setinggi 50 sentimeter menggenangi akses jalan di tepi Sungai Pinoh, dan di Dusun Gelombang, jalan provinsi yang menghubungkan Kota Baru-Sokan terendam air setinggi satu meter. Kondisi serupa juga terjadi di Desa Tanjung Gunung dan Desa Bina Jaya.
Hingga saat ini, tidak ada laporan korban jiwa maupun warga yang harus mengungsi. Namun, pihak kepolisian tetap mengimbau masyarakat agar selalu waspada, terutama bagi anak-anak dan lansia, mengingat risiko tenggelam cukup tinggi. Polisi juga meminta warga untuk mematikan aliran listrik demi menghindari bahaya akibat arus pendek.
Penyebab dan Dampak Banjir di Melawi
Berdasarkan keterangan dari Ketua Satgas Informasi BPBD Kalbar, Daniel, banjir di Melawi disebabkan oleh tingginya curah hujan di wilayah hulu yang menyebabkan luapan sungai.
Daniel juga menyebutkan bahwa banjir kali ini berdampak pada 920 kepala keluarga di Kecamatan Tanah Pinoh dan Sokan. Ia menambahkan bahwa banjir di Melawi merupakan kejadian berulang, sehingga diperlukan upaya pengendalian banjir terpadu di Sub DAS Melawi untuk mengurangi risiko di masa depan.