Borneo Fair 2025: Energi Ekonomi Kreatif dan UMKM di Pontianak, Diramaikan K-Pop Dance hingga Drumband

Borneo Fair 2025: Energi Ekonomi Kreatif dan UMKM di Pontianak, Diramaikan K-Pop Dance hingga Drumband. (Foto: IST.)

KalbarOke.Com – Event Borneo Fair 2025, yang berlangsung meriah di kawasan GOR Terpadu A Yani Pontianak, tidak hanya menjadi wadah bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tetapi juga menjadi panggung besar bagi beragam kegiatan ekonomi kreatif. Acara yang berlangsung selama 10 hari ini menonjolkan potensi lokal, baik dari segi bisnis maupun bakat seni pertunjukan.

Sejak resmi dibuka pada Selasa (11/11), Borneo Fair telah berkomitmen untuk menghibur para pengunjung setiap malam. Sebanyak 11 grup musik lokal dijadwalkan tampil bergantian, menampilkan keragaman genre dan talenta musisi asal Pontianak.

Beberapa grup yang turut meramaikan panggung antara lain adalah Grup Asam Pedas, Ktillah Heloraps, Simple Children, Cerahari, Seranada, Hine Star dan Jumi, Perfect Party, Miss and Sir Larry, Letme Burn, Arsadana, serta Bukan The Yellow. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa musik merupakan salah satu sub-sektor penting dalam geliat ekonomi kreatif di daerah.

Baca :  Ribuan Warga Meriahkan Malam Puncak Perayaan Budaya BBFW 2025 di Lingga

Tak hanya musik, event ini juga menjadi ajang kompetisi yang menarik minat generasi muda. Pada hari kedua, Rabu (12/11), Borneo Fair sukses menggelar Lomba K-Pop Modern Dance. Kompetisi ini diikuti oleh 11 grup penari dari kalangan pelajar di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya.

Sementara itu, pada hari ketiga, Kamis (13/11), nuansa semangat pelajar semakin terasa dengan digelarnya Lomba Drumband Pelajar. Sembilan sekolah dari Pontianak dan Kubu Raya berpartisipasi dalam ajang unjuk kebolehan baris-berbaris dan musik ini.

“Event Borneo Fair ini sangat bagus. Kami, anak-anak muda, diberikan kesempatan untuk unjuk kebolehan,” ujar Lia, salah satu peserta K-Pop Modern Dance.

Ia menambahkan bahwa perlombaan seperti ini sejalan dengan tren ekonomi kreatif yang sedang berkembang pesat di berbagai kota besar di Indonesia. “Lomba ini sudah ada di daerah lain dan bahkan sering ada kompetisi tingkat nasionalnya,” katanya, menyiratkan antusiasme terhadap pengembangan bakat non-akademik ini.

Baca :  Kecelakaan Tronton Renggut Nyawa Warga, Wali Kota Pontianak Desak Penuh Relokasi Pelabuhan ke Kijing

Keterlibatan berbagai sub-sektor seperti musik, seni pertunjukan, hingga fashion dalam Borneo Fair menunjukkan pemahaman yang baik mengenai konsep ekonomi kreatif.

Pemerintah melalui Kementerian Ekonomi Kreatif telah mengklasifikasikan 17 industri yang berbasis pada kreativitas. Sektor-sektor ini meliputi aplikasi, arsitektur, desain interior, Desain Komunikasi Visual (DKV), desain produk, fesyen, film, animasi dan video, fotografi, game, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, serta televisi dan radio.

Pada dasarnya, ekonomi kreatif didasarkan pada pemanfaatan imajinasi dan ide-ide inovatif seseorang untuk meningkatkan nilai suatu produk atau jasa. Kreativitas ini mendorong cara berpikir yang alternatif, membuka pola atau kebiasaan berpikir lama, dan memungkinkan munculnya pemikiran yang non-linear.

Borneo Fair 2025 tidak hanya menjadi marketplace bagi UMKM, namun juga menjadi katalisator bagi ekosistem kreatif lokal, memberikan ruang berekspresi sekaligus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah.