DPR Minta Edukasi Nuklir Diperkuat, Persepsi Negatif Dinilai Masih Terjebak Trauma Bom Hiroshima-Nagasaki

Ilustrasi Wakil Ketua Komisi X DPR RI MY Esti Wijayati mendorong edukasi publik soal teknologi nuklir untuk menghapus stigma negatif.

KalbarOke.com – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati, menilai perlunya edukasi publik yang lebih komprehensif untuk menghilangkan ketakutan masyarakat terhadap teknologi nuklir. Menurutnya, persepsi negatif yang berkembang selama ini masih terjebak pada ingatan tragedi bom atom Hiroshima dan Nagasaki, sehingga masyarakat sulit menerima bahwa nuklir juga dapat dimanfaatkan secara damai dan bermanfaat.

“Tidak mudah bagi masyarakat memahami kegunaan nuklir. Yang terbayang pasti bom. Saya pun dulu seperti itu,” ujar Esti.

Teknologi Nuklir Bermanfaat, Bukan Sekadar Soal Energi

Esti menegaskan bahwa pemanfaatan nuklir tidak terbatas pada sektor energi. Ia mencontohkan penggunaan teknologi nuklir dalam layanan kesehatan, khususnya radioterapi, yang pernah ia jalani dan memberikan dampak signifikan dalam penanganan penyakit.

“Saya ini pengguna teknologi nuklir, misalnya saat melakukan radioterapi. Ada batasannya, tapi manfaatnya besar,” jelasnya.

Baca :  350 Personel Brimob Siap Jalani Misi Perdamaian ke Gaza

Ia menilai rendahnya literasi publik membuat penolakan terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) semakin kuat. Penolakan tersebut, menurutnya, bukan karena teknologinya berbahaya, melainkan karena masyarakat belum mendapatkan pemahaman yang memadai.

“Penolakan listrik tenaga nuklir sangat kuat karena masyarakat belum paham. Ada ketakutan,” tegas politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu.

PLTN Perlu Lokasi Tepat dan Sosialisasi Khusus

Esti menyarankan agar rencana pembangunan PLTN ditempatkan jauh dari permukiman pada tahap awal untuk mengurangi resistensi masyarakat. Ia membedakan antara reaktor riset berkapasitas kecil seperti di PTN BRIN dengan PLTN yang memiliki skala lebih besar dan membutuhkan pendekatan sosialisasi yang lebih intensif.

Integrasi Edukasi Nuklir di Dunia Pendidikan

Ia juga mendorong penguatan pembelajaran teknologi nuklir di sekolah dan perguruan tinggi secara sederhana, aplikatif, dan mudah dipahami. “Sedikit saja ketika ada pelajaran teknologi, dijelaskan kegunaan nuklir itu apa. Kalau bisa dipraktikkan, agar anak-anak paham bahwa nuklir bisa untuk banyak hal,” ujarnya.

Baca :  Presiden Prabowo Apresiasi Respons Cepat Penanganan Banjir dan Longsor di Tapanuli Tengah

Esti mengaitkan hal ini dengan upaya peningkatan literasi digital yang selama ini menjadi fokus Komisi X DPR RI. Menurutnya, pendidikan berbasis teknologi harus menitikberatkan manfaat dan aplikasi nyata, bukan sekadar materi teori.

BRIN Diminta Lebih Aktif Edukasi Publik

Di akhir pernyataannya, Esti menegaskan peran strategis BRIN dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat teknologi nuklir. “BRIN harus aktif menjelaskan manfaatnya agar masyarakat tidak takut dengan nuklir,” tutupnya, seraya menambahkan harapan agar Indonesia tidak lagi terjebak pada stigma masa lalu dan mulai melihat teknologi nuklir sebagai peluang besar untuk kesehatan, pendidikan, dan masa depan energi nasional. (*/)