Keberadaan pedagang bunga dan batu alam, biasa mangkal di pinggiran jalan protokol Kota Pontianak tidak hanya menampilkan perubahan eksotik di kota itu sendiri. Lebih dari itu, pedagang dari usaha ini ternyata bisa mendulang omset sampai Rp 40 juga per bulan.
“Untung penjualan lumayan lah bang, selain kita memberikan suasana asri di kota, kita juga ingin melayani kebutuhan warga yang gemar dengan tanaman hias,” kata pemilik usaha tanaman hias “Borneo Flora” Abdul Kadir.
Abdul mengaku usaha tanaman hias di Jalan Letjen Sutoyo, sebenarnya berangkat dari hobi pada waktu sekolah dulu, yang gemar mencangkok dan menggunting pohon di halaman rumah. Ternyata hobi itu membuahkan hasil.
“Beberapa tetangga saya ternyata suka dan membeli karya saya,” katanya.
Berangkat dari hobi itu, ia kemudian memberanikan diri. Dari modal sekitar 30 juta, ia kemudian membeli sejumlah bibit tanaman hias. Bibit ini ia datangkan langsung dari Jawa. Misalnya bibit bunga pucuk merah, cemara, anggrek, dan lainnya.
Tidak butuh waktu lama untuk membesarkan bibit tersebut sampai menjadi tanaman hias. Khusus untuk bunga pucuk merah ukuran kecil Abdul menjual kepada pelanggan Rp 8 ribu, ukuran besar Rp100 ribu. Dan ukuran tinggi satu meter Rp 450 ribu.
Selain tanaman hias, Abdul juga menjual batu alam. Batu jenis ini biasanya digunakan untuk asesoris rumah. Misalnya untuk memperindah penampilan kolam ikan, porselen, dinding dan lainnya.
“Batu alam kita tidak bisa produksi sendiri. Tapi kita beli dari Jawa menggunakan kontainer, lalu kita pasarkan ke sini,” katanya.
Dari usaha ini, kini pelanggan Abdul tidak hanya dari dalam kota, melainkan sudah merambah ke luar daerah. Dan Menariknya lagi, sejumlah instansi pemerintahan juga sering memesan tanaman hias dan batu alam dalam jumlah banyak.
“Bibit penanaman pohon di sejumlah ruas jalan ini sebagian berasal dari bibit saya,” kata Abdul. (red)
Artikel ini telah dibaca 1822 kali
