“Godfather AI” Yann LeCun Resmi Tinggalkan Meta Setelah 12 Tahun, Ini Alasannya

Yann LeCun, salah satu tokoh terbesar di dunia kecerdasan buatan dan pendiri FAIR, resmi meninggalkan Meta setelah 12 tahun. 

KalbarOke.com – Yann LeCun, ilmuwan komputer yang dikenal sebagai salah satu “Godfather AI”, resmi mengundurkan diri dari Meta setelah 12 tahun berperan sebagai Chief AI Scientist. Kepergian tokoh penting peraih Turing Award ini mengejutkan banyak pihak, terlebih hanya beberapa minggu setelah ia menerima penghargaan dari Raja Charles atas kontribusinya dalam pengembangan kecerdasan buatan.

Dalam pernyataannya di Threads, LeCun menyampaikan terima kasih kepada CEO Meta Mark Zuckerberg serta menyebut pendirian divisi Fundamental AI Research (FAIR) sebagai salah satu pencapaian terbesarnya. Namun, ia juga mengisyaratkan perbedaan arah visi terkait masa depan teknologi AI sebagai alasan utama kepergiannya.

Berbeda Pandangan dengan Industri AI Saat Ini

LeCun secara terang-terangan menilai bahwa dominasi large language models (LLM) seperti ChatGPT bukanlah jalur terbaik untuk membangun kecerdasan setara manusia. Menurutnya, LLM hanya mengolah data dalam jumlah besar tanpa kemampuan belajar visual seperti manusia dan hewan.

Baca :  Edukasi Humanis Polwan di Musik Orkes Melayu Gerobak Dorong

“LLM bukanlah jalan terbaik untuk menciptakan kecerdasan setara manusia,” tegas LeCun.

Ia kini ingin fokus mengembangkan advanced machine intelligence, pendekatan alternatif yang ia yakini lebih tepat mengarah pada AI masa depan. Meski meninggalkan jabatannya, LeCun memastikan tetap akan bermitra dengan Meta melalui perusahaan barunya.

Industri AI Disebut Sedang Masuk Fase Bubble

Keputusan mundurnya LeCun muncul di tengah pembahasan global mengenai potensi “bubble” dalam industri AI. Nilai investasi AI terus meroket, namun sejumlah analis dan petinggi industri, termasuk CEO Google Sundar Pichai, mengingatkan akan kemungkinan koreksi besar dalam beberapa tahun ke depan.

Di tubuh Meta sendiri, arah riset mulai lebih berat ke proyek generatif dan LLM, membuat pendekatan LeCun dianggap tidak lagi sejalan dengan strategi perusahaan.

Tak Percaya AI Akan Mengancam Manusia

Baca :  Pemuda di Tanimbar Setubuhi Anak di Bawah Umur hingga Hamil, Polisi Tetapkan Tersangka

Berbeda dengan sesama pionir AI Geoffrey Hinton dan Yoshua Bengio, LeCun menolak gagasan bahwa kecerdasan buatan berpotensi menjadi ancaman eksistensial bagi manusia. Ia bahkan pernah menyebut kekhawatiran itu sebagai sesuatu yang “konyol dan tidak masuk akal”.

“AI tidak akan mengambil alih dunia. Itu hanya proyeksi sifat manusia ke mesin,” kata LeCun pada 2023.

Tokoh Visioner yang Dipuji dan Dikritik

Meski dihormati sebagai pelopor deep learning, beberapa pakar menyebut pandangan LeCun kerap dianggap terlalu visioner dan mengabaikan kontribusi peneliti lain. Namun begitu, langkahnya mendirikan perusahaan baru dinilai sebagai momen penting dalam arah perkembangan AI global.

Perpisahan LeCun dengan Meta menjadi salah satu tonggak besar dalam industri teknologi, terutama bagi mereka yang menantikan inovasi AI yang melampaui model bahasa besar. (*/)