Industri Batik Masuki Era Baru! Canting Cap Kertas Teknologi Terkini Pangkas 80% Biaya Produksi

Ilustrasi Industri batik memasuki era baru dengan teknologi canting cap kertas yang mampu menekan biaya produksi hingga 80%. 

KalbarOke.com – Industri batik nasional tengah memasuki fase transformasi besar. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong percepatan penggunaan canting cap kertas, sebuah teknologi baru yang disebut mampu memangkas biaya produksi hingga 80% sekaligus memberikan ruang kreativitas lebih luas bagi perajin.

Inovasi ini mulai diperkenalkan secara masif melalui pelatihan gratis di Yogyakarta, yang diikuti 100 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

Pelatihan Massal Digelar Dua Gelombang

Program ini merupakan kolaborasi Kemenperin bersama Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) serta Kementerian Kebudayaan, berlangsung pada 1–5 Desember dan 8–12 Desember 2025.

Para peserta dibekali beragam materi mulai dari: teknik perancangan motif, pembuatan canting cap kertas, hingga praktik langsung proses membatik.

Pelatihan ini ditujukan agar perajin dapat menguasai teknologi baru dengan cepat dan menerapkannya dalam produksi harian.

Baca :  Kini Kenaikan Pangkat ASN Berlaku Setiap Bulan: Ini Aturan Baru, Syarat, dan Dasar Hukumnya

Teknologi Hemat Biaya dan Buka Ruang Kreativitas

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa adaptasi teknologi adalah kunci untuk memperkuat ekosistem batik nasional. “Adaptasi teknologi harus mampu menekan biaya, memperluas kreativitas, dan mendorong keberlanjutan usaha perajin,” ujarnya.

Kepala BSKJI, Emmy Suryandari, menyebut canting cap kertas sebagai terobosan penting bagi industri batik. Selain ekonomis, teknologi ini memungkinkan perajin menciptakan desain mandiri tanpa bergantung pada canting cap tembaga yang harganya jauh lebih mahal.

Meski umur pakai lebih pendek, canting cap kertas tetap mampu menghasilkan lebih dari 500 lembar kain batik.

Antusiasme Perajin Meningkat Tajam

Plt. Kepala BBSPJIKB, Cahyadi, mengungkapkan bahwa antusiasme peserta sangat tinggi. Para perajin datang dari berbagai provinsi: DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra, hingga Kalimantan. “Tingginya minat peserta menunjukkan kebutuhan besar terhadap inovasi yang murah dan mudah diadaptasi,” kata Cahyadi.

Baca :  Gaji dan Tunjangan PPPK Tenaga Kependidikan Sekolah Rakyat 2025, Segini Besarannya!

Menjaga Warisan Budaya dan Daya Saing Global

Dari sisi kebudayaan, Direktur Bina SDM, Lembaga dan Pranata Kebudayaan Kementerian Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, menilai program ini penting untuk menjaga keberlanjutan batik sebagai warisan budaya dunia.

Kolaborasi lintas kementerian dinilai strategis dalam memperkuat kapasitas pelaku budaya dan mendorong perkembangan ekonomi kreatif. Ketua Tim Pelayanan Jasa Industri Promosi Data dan Informasi BBSPJIKB, Aan Eddy Antana, menyebut bahwa kuota pelatihan bahkan harus digandakan karena membludaknya pendaftar.

Kemenperin melalui BBSPJIKB memastikan dukungan berlanjut hingga tahap sertifikasi kompetensi perajin dan sertifikasi produk batik. Upaya ini diharapkan tidak hanya menekan biaya produksi dan memperkuat kreativitas perajin, tetapi juga mengokohkan daya saing batik Indonesia di pasar global yang semakin dinamis. (*/)