JAGUNG SINGKAWANG RUPANYA RINTISAN NAWERI

Kerja keras dan kegigihan merupakan modal dasar mencapai kesuksesan, ditambah niat untuk maju, lengkaplah bekal seorang pria di Desa Sedau merintis perkebunan jagung yang kini berkembang pesat di Kota Singkawang. Dia sukses tak sendirian, namun turut membawa rekan-rekannya sesama petani jagung. Bersama, mereka siap menjadikan jagung sebagai oleh-oleh khas Kota Singkawang.

 

SINGKAWANG, KB1 – Di sepanjang Jalan Raya Pasir Panjang, Singkawang Selatan, para penjual jagung dengan mudah ditemui memajang dagangannya di bawah pondok semi permanen beratap daun. Dengan uang Rp 4.000 anda sudah bisa membawa pulang satu Kg jagung segar dengan kualitas yang terjamin. Jagung yang dijual di sepanjang jalan ini memang selalu segar, sebab daerah ini adalah satu diantara pemasok utama pasar jagung di Propinsi Kalimantan Barat. Ya, sentra penanaman jagung dirintis di sini, tepatnya Desa Sedau tahun 2001 silam.

Dialah Naweri (41), pria rendah hati berpostur kurus yang turut berjasa merintis perkebunan jagung di Desa Sedau, Singkawang Selatan. Saat ditanya awal mula perkebunan jagung di Desa Sedau, dirinya langsung menceritakan rekam jejaknya sebagai petani jagung skala kecil yang tak punya modal untuk mengembangkan usaha.

“Pertama kali masuk ke Pasir Panjang ini, saya betul-betul petani tulen yang berdiri sendiri, baru beberapa tahun kemudian saya memberanikan diri meminjam modal dengan orang lain untuk mengembangkan usaha, saat panen hasilnya dijual kepada orang tempat saya meminjam modal tadi,” ujar Naweri mengawali cerita.

Lebih lanjut Naweri berusaha untuk maju, fase berikutnya dirinya rela menggelar lapak lesehan di pasar Singkawang untuk menjual jagung yang dia panen. Usaha seperti ini dilakoni Naweri selama tiga tahun, hasil panennya dijual sendiri langsung kepada konsumen. Perlahan usahanya ini mulai menampakkan hasil yang baik sehingga Naweri berani mengajak rekan-rekannya untuk beralih menanam jagung di lahan mereka. Sebab sebelumnya sebagian besar masyarakat petani di Desa Sedau adalah menanam padi. Bujukan Naweri cukup berhasil, satu-persatu rekannya mulai menanam jagung, saat panen Naweri membatu mereka dalam proses penjualan.

“Saya membantu mereka bukan seperti sistem cangkau, tapi berbagi keuntungan,” tegasnya.

Kerjasama seperti ini terbukti memberikan manfaat bersama bagi Naweri dan rekannya, sistem yang mereka bentuk perlahan mulai bertambah anggotanya hingga mencapai 35 orang petani jagung dalam kurun waktu dua tahun. Jagung-jagung yang mereka panen mulai membajiri pasar Kota Singkawang. Keberhasilan mereka berkebun jagung rupanya sampai ke telinga Pemerintah Daerah setempat, sebab pada sebuah kesempatan seorang rekanan Naweri mendapat undangan untuk menghadiri pertemuan, dari situlah sistem kelompok tani mulai mereka kenal.

“Waktu itu yang mendapat undangan sebenarnya rekan saya H. Jumadi, namun dirinya menyerahkan undangan kepada saya. Awalnya saya kira undangan biasa untuk makan-makan, rupanya saya disuruh menjadi nara sumber dalam sebuah acara, walau tanpa persiapan saya tetap maju,” kenangnya sambil terkekeh.

Usai mendapat pengetahuan mengenai sistem kelompok tani pada pertemuan tersebut, Naweri bersama 35 orang rekannya membentuk sebuah kelompok tani yang mereka beri nama JAS-B. Nama tersebut merupakan singkatan dari Jujur Akur Sukses Bersama yang merupakan perlambangan visi mereka untuk sukses bersama-sama secara akur dengan kejujuran.

Seiring berjalannya waktu, kelompok tani JAS-B yang diketuai Naweri semakin berkembang, kesejahteraan para anggotanya pun membaik. Terlihat dari rumah-rumah mereka yang dulu seadanya, perlahan direnovasi menjadi bentuk yang lebih layak huni. Kesuksesan mereka ini mulai diikuti oleh warga lain di beberapa desa sekitar, kelompok tani (Poktan) jagung bermunculan dengan luas tanam yang meningkat pula. Pada tahun 2011, Poktan JAS-B bergabung dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Lirang I Kota Singkawang, Naweri didaulat menjadi bendahara Gapoktan tersebut. Gapoktan Lirang I membawahi 10 Poktan dari beberapa desa lain, dengan luas tanam jagung lebih dari 250 Ha.

“Dengan luas tanam tersebut hasil panen bisa mencapai 2,5 sampai 5 ton setiap hari, angka perhari itu, rutin seperti ini, penjualannya hampir mencapai seluruh Kabupaten di Kalbar,” ujarnya.

Rumah Naweri yang beralamat di Jalan Pasir Panjang Gg Bersama, RT 63/RW 10 Sedau, Singkawang Selatan dijadikan sekretariat Poktan JAS-B, di sana mereka juga memiliki ruangan pertemuan untuk para pertani berkumpul maupun mengadakan pelatihan. Di teras rumahnya tersebut terpajang sejumlah piagam penghargaan yang diperoleh Poktan JAS-B atas sejumlah prestasi yang mereka peroleh. Setiap pagi, aktifitas di rumah Naweri selalu sibuk, sebab sejak pukul 6 pagi sudah banyak petani jagung yang datang membawa jagung yang baru dipanen untuk dijual. Jagung-jagung tersebut langsung dikirim ke beberapa pelanggan tetap Naweri yang tersebar luas di kalbar. Demikian rutinitas yang dilakukan Naweri sebagai petani jagung saat ini. Namun kesuksesan seperti ini tidak membuatnya sombong dan lupa dengan masa-masa sulitnya dahulu. Dia selalu membantu rekannya sesama petani jagung dan berharap pemerintah bijak menyalurkan bantuan kepada petani-petani yang belum sukses untuk mengembangkan usaha mereka.

“Saya kalau dengan para petani jagung itu rasanya punya ikatan tersendiri, kalau mereka sukses saya turut merasa senang. Saya berharap kalau pemerintah memberikan bantuan, itu lebih kepada para petani yang mau mengembangkan usaha,” pintanya.

Pada program pemerintah Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai (Upsus Pajale), para petani jagung di tempat Naweri juga mendapat bantuan, Poktan mereka mendapat mesin untuk mengolah jagung, pelatihan-pelatihan juga beberapa kali digelar di daerah mereka. Pengetahuan serta sistem yang mereka gunakan semakin meningkat kualitasnya. Metode-metode baru mereka terapkan dalam kegiatan berkebun jagung, wawasan mereka semakin terbuka. Tak Heran, Naweri semakin optimis menjalani pekerjaan sebagai petani jagung, berbagai rencana telah dia susun, impiannya pun tak lagi sesempit petani kebanyakan.

“Saya melihat potensi perkebunan jagung di sini sangat baik, sebab sebagian besar warga di sini juga memelihara sapi. Jadi batang jagung yang sudah dipanen bisa dijadikan pakan ternak, nah kotoran tenak tadi dijadikan pupuk kompos untuk tanaman jagung, seperti itu siklusnya. Rencana saya dalam waktu dekat ini akan membuat rumah kompos untuk membuat pupuk kompos skala besar bagi para petani di sini,” paparnya.

Lebih jauh, Naweri berniat menjadikan jagung sebagai oleh-oleh khas Kota Singkawang. Keinginannya tersebut muncul karena dirinya melihat antusiasme para petani jagung di Kota Singkawang sangat besar. Selain itu berbagai bentuk pengolahan jagung juga telah mereka kenal, jagung kini tak lagi sekedar diolah menjadi jagung bakar dan lauk pauk.

“Belum lama ini kami mendapat bantuan alat pengolahan jagung menjadi snack, dari situ saya bercita-cita menjadikan jagung sebagai oleh-oleh khas Kota Singkawang. Sebab jagung ternyata bisa diolah menjadi bermacam-macam produk makanan seperti dodol, jus, emping dan sebagainya,” ujar Naweri.

Kesuksesan para petani jagung di Desa Sedau merupakan satu diantara contoh betapa kerja keras dan kegigihan bisa memberikan hasil yang baik bagi kehidupan seseorang. Naweri sedikit banyak bisa merobah image petani yang selama ini dikenal miskin dan tak berupaya maju. Lebih lagi dirinya tak hanya sukses sendirian, tekad sukses bersama yang mereka pakai pada nama kelompok tani benar-benar diterapkan dalam kegiatan pertanian jagung di kelompok mereka (tan/06).

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 2557 kali