KalbarOke.Com – Hubungan antara Kalimantan Barat dan Jawa Timur diprediksi akan semakin erat dan menguntungkan, terutama dalam sektor ekonomi. Sinyal kuat ini muncul saat Gubernur Kalbar Ria Norsan secara resmi melantik Pengurus Paguyuban Arek Jawa Timur (Pagar Jati) Periode 2025-2030 Kalimantan Barat di Istana Rakyat (Pendopo Kalbar) pada Jumat malam (11/7/2025).
Acara yang dipadati tokoh penting, termasuk Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak bersama istri, Arumi Bachsin, serta Wakil Gubernur Kalbar Krisantus Kurniawan, menjadi momentum pengukuhan Machrus Effendy sebagai Ketua Pagar Jati Kalbar.
Dalam sambutannya, Gubernur Ria Norsan secara gamblang menyampaikan harapannya agar Pagar Jati tidak hanya menjadi wadah silaturahmi, tetapi juga motor penggerak pembangunan di Kalimantan Barat melalui kolaborasi nyata dengan Pemprov Kalbar.
“Kami berharap simbiosis mutualisme antara dua daerah ini terus digaungkan. Banyak potensi yang bisa kita tingkatkan,” ujar Norsan. Ia kemudian mencontohkan rencana kerja sama di bidang perdagangan: “Jika Jawa Timur punya surplus beras, kami siap mendatangkannya. Sebaliknya, jika mereka kekurangan minyak goreng, kami bisa kirim CPO (minyak sawit mentah) untuk diolah di sana.”
Harapan ini disambut antusias oleh Wagub Jatim Emil Dardak, yang melihat Kalimantan Barat sebagai mitra strategis dengan potensi luar biasa. “Saya berencana segera berkunjung ke Bapak Gubernur untuk mempererat kerja sama. Ini adalah daerah dengan potensi besar,” tutur Emil.
Emil Dardak menyoroti perbedaan demografi dan geografis yang justru menjadi kekuatan: “Jawa Timur dengan 42 juta penduduk dan luas 48.000 km² (sepertiga Pulau Jawa) bisa bersinergi dengan Kalimantan Barat yang berpenduduk 5,5 juta jiwa namun luasnya satu setengah kali Pulau Jawa.” Menurutnya, ini membuka peluang kerja sama yang sangat luas dan saling menguntungkan.
Lebih lanjut, Wagub Emil Dardak juga menyoroti posisi strategis Kalimantan Barat sebagai provinsi yang berbatasan langsung dengan negara lain, menjadikannya jalur penting dalam rantai perdagangan global.
“Pembangunan di Kalimantan Barat akan semakin mengokohkan provinsi ini sebagai jalur strategis, berada di jalur lanjutan Selat Malaka, dari Singapura hingga Samudera Pasifik, pasti melewati Kalimantan Barat,” jelasnya. Ini pula yang mendasari pengembangan pelabuhan internasional dan smelter untuk mengolah deposit bauksit Kalbar yang melimpah.
Emil Dardak secara khusus mengapresiasi visi kepemimpinan Norsan-Krisantus yang fokus pada hilirisasi sumber daya alam. Ia menyebutkan bahwa lebih dari 20 komoditas Kalbar menjadi prioritas hilirisasi, di mana bauksit dan nikel bahkan mendapat atensi khusus dari Presiden.
“Ini yang kita harapkan, bagaimana alumina (hasil olahan bauksit) sudah bisa memberikan nilai tambah yang luar biasa untuk perekonomian di Kalimantan Barat. Barulah kemudian produk yang sudah bernilai tambah ini bisa diolah menjadi berbagai produk di Jawa Timur,” terang Emil.
Inilah esensi “gerbang baru” yang dicanangkan: “Dulu, barang mentah langsung dikirim ke Jawa Timur. Sekarang, kami sadar bahwa Indonesia akan dibangun tidak lagi Jawa Sentris, tapi Indonesia Sentris.”
Dengan potensi besar ini, Emil Dardak optimistis bahwa persahabatan dan persaudaraan antara Pagar Jati dan Jawa Timur akan semakin kokoh, membuka lembaran baru bagi kemajuan ekonomi kedua wilayah. (Aw/01)
Artikel ini telah dibaca 22 kali