Jejak Peradaban Tionghoa Boklo: Kisah Petani dan Peternak di Pedalaman Kubu Raya

Jejak Peradaban Tionghoa Boklo: Kisah Petani dan Peternak di Pedalaman Kubu Raya. (Foto: Tangkapan Layar/Youtube/Pi'i Mejink)

Menguak Kehidupan Komunitas Tionghoa Boklo di Pedalaman Kubu Raya

KalbarOke.Com – Di tengah pesatnya perkembangan perkotaan, ada sebuah komunitas yang tetap memegang teguh tradisi dan cara hidup sederhana di pedalaman Kalimantan Barat. Sebuah video yang diunggah oleh kanal YouTube pie’ie Mejink pada 23 September 2025 membawa kita menyusuri Sungai Kapuas menuju Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, untuk melihat lebih dekat aktivitas kehidupan petani Tionghoa, khususnya dari sub-etnis Boklo atau Tio chiu.

Perjalanan yang memakan waktu sekitar dua jam dari Kota Pontianak ini mengungkap sebuah potret kehidupan yang tenang, jauh dari hiruk pikuk kota. Setelah menyeberangi Sungai Kapuas dengan kapal bandung menuju Sukalanting, perjalanan berlanjut ke pemukiman warga Tionghoa yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak.

Dari Petani Sayur hingga Peternak Sapi dan Sarang Walet

Dahulu, kawasan di sekitar Sungai Radak dan Terentang ini dikenal sebagai pusat pertanian sayur-mayur yang hasilnya banyak dibawa ke Pasar Pontianak menggunakan perahu motor. Namun, seiring waktu, lanskap ekonomi mulai bergeser. Kini, banyak lahan pertanian beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit, meskipun beberapa warga masih setia menanam sayur.

Baca :  Perang Ketupat Bakal Digelar, Raja Tayan Siapkan 'Mande' Bedel Keraja' di Keraton

Selain bertani, beternak sapi juga menjadi mata pencarian penting bagi komunitas ini. Seperti yang diceritakan salah satu warga bernama Angi, mereka memelihara sapi jenis Limosin dengan turunan lokal. Bahkan, penjualan sapi jantan bisa mencapai harga yang fantastis. Uniknya, sapi-sapi ini dilepas bebas namun tetap dalam pengawasan.

Perubahan zaman juga membawa adaptasi baru. Kini, banyak warga Tionghoa di pedalaman Terentang yang membangun rumah sarang burung walet. Bangunan-bangunan tinggi menjulang ini menjadi pemandangan umum, menunjukkan diversifikasi mata pencarian mereka dalam menghadapi tantangan ekonomi modern.

Potret Sebuah Peradaban di Tepian Sungai

Kehidupan di pemukiman Tionghoa ini, seperti yang terlihat di Pal 11 dan Pal 12, mencerminkan ketenangan dan kedekatan dengan alam. Rumah-rumah sederhana di tepian Sungai Rada menjadi saksi bisu dari tahun ke tahun. Meskipun menghadapi pasang surut alam, seperti banjir yang sempat melanda tiga tahun berturut-turut, semangat komunitas ini untuk bertahan dan beradaptasi patut diacungi jempol.

Baca :  Ditangkap Polisi Saat Masak Mie Instan, Pencuri Tas di Rumah Makan Bismillah Pasrah

Video ini juga memperlihatkan adanya pekong (klenteng) yang menjadi pusat keagamaan dan kebudayaan. Pekong yang terdiri dari bangunan kayu dan beton ini menunjukkan akar budaya yang kuat di tengah kehidupan pedesaan. Sungai Terentang, yang dulunya menjadi akses utama transportasi air, kini memang tidak seaktif dulu, namun tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan kehidupan warga setempat.

Melalui lensa pie’ie Mejink, kita diajak memahami lebih dalam bagaimana sebuah komunitas etnis beradaptasi, mempertahankan identitas, dan membangun kehidupan di tengah perubahan. Sebuah kisah yang tak hanya menarik, tetapi juga sarat akan pelajaran tentang ketahanan dan harmoni dalam masyarakat multikultural Kalimantan Barat.