Mengenang Tamoi: Kisah Pilu Pekerja yang Tewas Tersambar Petir Saat Bangun Jembatan Pawan 1 Ketapang 37 Tahun Silam

Mengenang Tamoi: Kisah Pilu Pekerja yang Tewas Tersambar Petir Saat Bangun Jembatan Pawan 1 Ketapang 37 Tahun Silam. (Foto: Fb/Simon Yosonegoro Liem)

KalbarOke.Com – Bagi warga Ketapang, Jembatan Pawan 1 adalah urat nadi transportasi utama. Namun, di balik kokohnya struktur jembatan ini, tersimpan sebuah kisah pilu tentang pengorbanan seorang pekerja yang tewas saat proses pembangunannya 37 tahun silam. Kisah ini diabadikan dalam sebuah tugu peringatan sederhana yang masih berdiri hingga kini.

Tugu ini didirikan untuk mengenang Tamoi, seorang pekerja berusia 35 tahun yang meninggal dunia pada Oktober 1988 saat bertugas membangun Jembatan Pawan 1.

Menurut kesaksian warga lokal, termasuk penulis dan tokoh masyarakat Ketapang, Simon Yosonegoro Liem, Tamoi meninggal karena tersambar petir ketika hujan deras melanda lokasi kerja. Peristiwa tragis ini terjadi tepat 37 tahun yang lalu.

Baca :  Terkendala Pembebasan Lahan, Pelebaran Jalan Komyos Sudarso Pontianak Ditarget Tuntas 2026

Keberadaan tugu ini menjadi pengingat akan jasa dan pengorbanan para pekerja yang telah mencurahkan tenaga, pikiran, dan bahkan nyawa demi terwujudnya infrastruktur vital tersebut. Jembatan Pawan 1 kini telah menjadi jalur utama yang menghubungkan berbagai aktivitas di “Kota Ketapang”.

Tugu peringatan Tamoi sampai saat ini masih dapat dilihat di tepi Jalan Pawan 1. Lokasi tepatnya berada di samping SPBU Kauman, yang dahulunya dikenal sebagai SPBU Hamzah Haz.

Baca :  Darurat Pendidikan! Jumlah Anak Tidak Sekolah di Bengkayang Capai 7.509 Jiwa

Simon Yosonegoro Liem, yang juga penulis buku Ketapang Jadul, mengungkapkan bahwa kenangan akan peristiwa ini masih jelas terekam. Keberadaan tugu tersebut diharapkan dapat menumbuhkan rasa terima kasih dan penghargaan terhadap sejarah pembangunan kota.

Jembatan Pawan 1 bukan hanya sekadar struktur fisik, tetapi juga monumen pengorbanan yang seharusnya selalu kita ingat setiap melintasinya.

Sumber: Fb/Simon Yosonegoro Liem, Warga Ketapang dan Penulis Buku Ketapang Jadul