KKP Genjot Produktivitas Pangan Biru Dukung Generasi Emas 2045 dan Tekan Risiko Stunting

Ilustrasi KKP menegaskan peningkatan produktivitas pangan biru sebagai sumber nutrisi tinggi omega-3 untuk mendukung kesehatan masyarakat, menekan stunting, dan mewujudkan Generasi Emas 2045. 

KalbarOke.com – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan peningkatan produktivitas pangan biru sebagai strategi nasional untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, sekaligus mendukung terwujudnya Generasi Emas Indonesia 2045. Pangan biru mencakup berbagai sumber pangan dari perairan, seperti ikan, kerang-kerangan, hingga rumput laut—yang kaya nutrisi dan mudah diakses oleh masyarakat.

Plt Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Machmud, menegaskan bahwa pangan biru memiliki peran penting khususnya pada fase 1.000 hari pertama kehidupan, periode krusial bagi perkembangan otak dan janin.

“Pangan biru merupakan sumber nutrisi kaya omega-3 yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak dan pertumbuhan anak,” ujarnya dalam siaran resmi di Jakarta, Sabtu (22/11).

Potensi Besar Indonesia sebagai Penghasil Pangan Biru

Machmud menekankan bahwa posisi geografis Indonesia dengan laut seluas 6,4 juta km² dan garis pantai sepanjang 108.000 km menjadikan negara ini berpotensi besar menjadi lumbung pangan biru dunia. Bahkan, proyeksi OECD menunjukkan bahwa makanan laut hasil budidaya memiliki edible yield hingga 68%, jauh lebih efisien dibanding sumber protein hewani lainnya.

Baca :  Penguasaan Teknologi AI Kunci Hadapi Bonus Demografi

Peningkatan produksi tersebut diimbangi dengan sosialisasi gerakan Gemar Makan Ikan, termasuk rangkaian kegiatan peringatan Hari Ikan Nasional (Harkannas) yang berlangsung hingga 23 November di Jakarta. Langkah ini bertujuan mempercepat penyerapan hasil produksi perikanan di tengah masyarakat.

Integrasi Pangan Biru ke Program Nasional Cegah Stunting

Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Pangan, Muhammad Mawardi, menyebut pangan biru menjadi bagian dari transformasi strategis pemerintah. Aspek gizi menjadi pilar utama melalui integrasi pangan akuatik bergizi ke dalam program sosial dan gizi nasional, terutama di daerah dengan angka stunting tinggi.

“Kami mendukung penguatan rantai nilai pangan akuatik sekaligus mengurangi food waste atau pemborosan pangan,” kata Mawardi.

Sementara itu, Asisten Deputi Peningkatan Gizi dan Pencegahan Stunting Kemenko PMK, Jelsi Natalia Marampa, menegaskan bahwa pangan biru adalah solusi atas triple burden malnutrisi: kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan kekurangan zat mikro.

Baca :  Budidaya Ikan Kerapu di Kepulauan Seribu Perkuat Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir

“Ikan adalah sumber protein hewani berkualitas tinggi, kaya mikronutrien, dan omega-3 untuk kecerdasan. Konsumsi ikan terbukti menurunkan risiko stunting,” tegasnya.

Ia menambahkan, gizi yang optimal akan menghasilkan anak Indonesia yang sehat, cerdas, dan kompetitif di panggung global sebagai fondasi menuju Generasi Emas 2045.

Program Gemarikan untuk Penuhi Gizi dan Sejahterakan Nelayan

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, sebelumnya menegaskan pentingnya program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) untuk meningkatkan konsumsi ikan nasional. Selain pemenuhan gizi masyarakat, program ini juga diharapkan membawa dampak ekonomi bagi nelayan dan pembudidaya ikan.

Melalui penguatan pangan biru, pemerintah berharap Indonesia mampu mempercepat penurunan stunting, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta membangun fondasi Generasi Emas 2045 yang sehat dan unggul. (*/)