Pontianak – Momen peringatan Hari Guru Nasional yang ke 73 bagi seorang pengamat pendidikan, Boby Kriswibowo (34) adalah momen untuk mengevaluasi kualitas tenaga pendidik di Kalbar.
Boby mengatakan, kualitas tenaga pendidik tentu berkaitan erat dengan kesejahteraan mereka. Karena menurutnya, hingga saat ini masih banyak tenaga pendidik khususnya para Guru Honor, tingkat kesejahteraan hidup mereka masih minim.
“Upah atau gaji yang dianggarkan saat ini belum dapat mensejahterakan mereka. Yang Honor tentu kita tahu bersama gaji mereka banyak tak setara UMR. Kalau urusan dapur mereka saja belum terpenuhi, bagaimana mereka dapat mendidik dengan baik dengan standar kompetensi Guru yang dituntut secara maksimal,” ujarnya Selasa (27/11) siang kepada Kalbaroke.com.
Boby menambahkan, perjuangan para tenaga pendidik untuk menjadi sarjana tidaklah mudah. Namun ketika telah menjadi pendidik mereka malah dibayar murah. Hal tersebut tentu tidak sesuai dengan apa yang mereka angankan saat mereka mencita citakan hidup untuk menjadi pengabdi pendidik anak bangsa.
“Guru itu pengabdian. Yang namanya mengabdi harus lah totalitas, mengedepankan tupoksi sebagai guru untuk membuat cerdas anak anak kita. Saya yakin mereka semua sudah totalitas dalam menjalani profesinya. Tapi ya diperhatikan jugalah hidup mereka karena mereka kan juga bekerja untuk bangsa dan negara ini,” tambahnya.
Menurut Boby, Guru Honor dan Guru yang sudah sertifikasi kerap menemui sejumlah permasalahan seperti; gaji honor yang kecil, telatnya pembayaran, dan tunjangan sertifikasi yang tersendat.
“Akibatnya, terkadang mereka harus bekerja ekstra untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti berjualan di paruh waktu, membuka les di rumahnya, dan sebagainya sesuai keahlian yang dimiliki. Begitu lah nasib Guru Honor kita,” tutupnya. (Aw)
Artikel ini telah dibaca 1775 kali