KalbarOke.Com – Di balik gemerlap Kota Pontianak, tersembunyi sebuah kisah pilu yang mengiris hati. Di sebuah rumah rapuh di Jalan Kom. Yos Sudarso, Gang Alpukat Indah Jalur V, Kecamatan Pontianak Barat, Nenek Norma berjuang sendirian menjaga lima cucunya yang kini sudah yatim piatu.
Mereka tinggal di rumah yang jauh dari kata layak, sebuah potret nyata kemiskinan yang masih terabaikan. Bangunan sederhana itu tampak seperti menunggu waktu untuk ambruk.
Atap yang bocor, dinding berlubang di sana-sini, dan lantai yang tidak rata menjadi saksi bisu perjuangan Nenek Norma selama 28 tahun.
Ketika hujan turun, rasa dingin dan cemas menjadi teman akrab mereka, memaksa Nenek Norma dan cucunya berjibaku melawan khawatir.
Bertahan Hidup Tanpa Bantuan
Selama hampir tiga dekade, Nenek Norma mengaku belum pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah maupun pihak lain, kecuali perhatian kecil dari pengurus RT setempat.
Padahal, beban yang ia pikul sangat berat. Ia harus menghidupi kelima cucunya yang kini tidak memiliki orang tua.
Dengan suara lirih dan mata berkaca-kaca, Nenek Norma mengungkapkan harapannya.
“Saya berharap kepada pemerintah kota, pemerintah provinsi, maupun para dermawan yang mau membantu melihat kondisi rumah saya ini. Apalagi saya juga harus menghidupi cucu-cucu saya yang sudah yatim piatu,” ujarnya.
Untuk menyambung hidup, ia hanya mengandalkan pekerjaan serabutan dengan penghasilan yang tak menentu.
Pendapatan pas-pasan itu hanya cukup untuk makan, apalagi untuk memperbaiki rumah yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
Kisah Nenek Norma adalah jeritan hati yang membutuhkan uluran tangan. Keberadaannya menjadi pengingat bahwa di tengah pembangunan, masih banyak keluarga yang berjuang dalam sepi, menanti kepedulian untuk bisa hidup dengan aman dan bermartabat. (rls/01)
Artikel ini telah dibaca 566 kali