Kapuas Hulu – Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Batalyon Infanteri 320/Badak Putih menerima penyerahan secara sukarela satu senjata jenis Meriam Lantaka dan mesiu tradisional dari warga setempat. Meriam perunggu zaman prekolonial ini biasanya dipasang pada kapal dagang selama berlayar di perairan Asia Tenggara khususnya di Indonesia, Malaysia dan Philippina.
Dansatgas Pamtas Yonif 320/BP, Letnan Kolonel Inf Imam Wicaksana menjelaskan, satu pucuk meriam kuno jenis Cetbang ini miliki berat 23 Kg, Panjang 84 Cm, Kaliber 20 MM. Meriam yang diduga buatan Abad ke 16-17 Masehi ini diserahkan Yulianto (48) seorang petani Dusun Sungai Lalau, Desa Nanga Kelapan, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang. Dia memberikan senjata secara sukarela kepada anggota Pos Tanjung Lesung.

“Meriam kuno ini milik Bapak Yulianto merupakan warisan turun temurun dari keluarganya,” ujar Letkol Inf Imam Wicaksana, saat memberikan keterangan pada media di Pos Kotis Nanga Badau, Kapuas Hulu, Kamis (14/2) Siang.
Menurut dia, meriam purbakala bekas peninggalan masa kerajaan Majapahit tersebut diserahkan Yulianto kepada Danpos Tanjung Lesung Letda Inf Andreas Bagus. Karena merasa simpati dengan Pos Tanjung Lesung yang sudah membantu memperbaiki atap rumahnya yang bocor dan memberikan pengobatan saat dirinya ketika sakit.
“Selain sering membantu masyarakat Dusun Sungai Lalau juga adanya upaya yang dilakukan personel Satgas Pamtas yang tidak pernah berhenti untuk mensosialisasikan pada bapak Yulianto bahwa meriam tersebut dapat membahayakan orang lain juga merupakan aset cagar budaya yang perlu dijaga,” jelas Dansatgas Pamtas Yonif 320/BP, seraya menambahkan untuk sementara meriam penyerahan warga tersebut diamankan di Pos Pamtas Tanjung Lesung. (Ata)
Artikel ini telah dibaca 2759 kali