Siswa SMP di Tangerang Selatan Alami Gangguan Saraf Setelah Dirundung dan Dipukul Teman Sekelas

Seorang siswa SMP di Tangerang Selatan mengalami gangguan saraf serius setelah menjadi korban perundungan dan dipukul dengan bangku oleh teman sekelasnya. Foto: PonTV

KalbarOke.com – Kasus perundungan kembali terjadi di dunia pendidikan. Seorang siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Tangerang Selatan, Banten, berinisial M-H (12), mengalami gangguan saraf serius setelah menjadi korban bullying atau perundungan oleh teman sekelasnya.

Insiden tersebut terjadi pada 20 Oktober lalu, ketika korban dipukul di bagian belakang kepala menggunakan kursi oleh salah satu teman sekelasnya. Awalnya, M-H memilih untuk tidak menceritakan kejadian itu kepada orang tua, karena takut membuat mereka khawatir. Namun, rasa sakit di kepala yang semakin parah dan menjalar ke mata membuatnya akhirnya membuka diri kepada keluarga.

Mengetahui hal tersebut, keluarga korban langsung mendatangi pihak sekolah dan keluarga pelaku untuk meminta pertanggungjawaban. Sekolah kemudian menggelar mediasi, di mana keluarga pelaku menyatakan kesediaan menanggung biaya pengobatan korban.

Baca :  Presiden Prabowo Tetapkan Bahasa Portugis Masuk Kurikulum Sekolah, Wujud Kerja Sama Budaya Indonesia–Brasil

Namun, kondisi M-H terus memburuk. Penglihatannya kian menurun, tubuhnya melemah, bahkan kini ia tak dapat bergerak secara normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan di rumah sakit, korban mengalami gangguan saraf di bagian belakang kepala yang berdampak langsung pada mata dan kemampuan fisiknya.

Pihak keluarga korban, R-F, mengungkapkan bahwa janji keluarga pelaku untuk menanggung biaya pengobatan tak ditepati sepenuhnya. Bahkan, keluarga korban diminta untuk meminjam uang sendiri demi membiayai perawatan rumah sakit.

Baca :  Edy Chow Tersangka Oli Palsu Tak Ditahan, Aksi BPM Kalbar Kalungkan Bungkus Tolak Angin ke Pejabat Kejati

“Kami kecewa karena keluarga pelaku seolah lepas tanggung jawab. Anak kami menderita akibat ulah teman sekelasnya, tapi kami harus berjuang sendiri membiayai pengobatan,” ujar R-F.

Keluarga juga menyebut bahwa M-H sudah kerap mendapat perlakuan tidak menyenangkan sejak masa MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Saat ini, korban tengah menjalani perawatan intensif di ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.

Keluarga berharap agar ada tindakan hukum tegas terhadap pelaku dan perhatian serius dari pihak sekolah serta pemerintah untuk mencegah kasus perundungan serupa di masa depan. (*/)