KalbarOKe.com – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong penguatan skema pendanaan berkelanjutan sebagai langkah strategis untuk mendukung Regional Plan of Action (RPOA) 2.0 Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) sekaligus mempercepat pencapaian Kerangka Keanekaragaman Hayati Global 2030.
Upaya ini menjadi fokus utama dalam kegiatan Workshop and Knowledge Exchange on Sustainable Financing fase ketiga yang diawali dengan Internal Resources Committee (IRC) Meeting pada 8–12 September 2025 di Jimbaran, Bali.
“Pendanaan berkelanjutan harus dirancang strategis agar memberi dampak nyata bagi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Ini penting untuk menjawab ancaman serius seperti perubahan iklim, penangkapan ikan berlebih, pencemaran, dan degradasi habitat,” tegas Koswara, Dirjen Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut KKP sekaligus Chair of CSO CTI-CFF, dalam siaran resmi di Jakarta, Jumat 13 September lalu.
Ketua Delegasi Indonesia sekaligus Staf Ahli Menteri KKP Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut, Hendra Yusran Siry, menambahkan bahwa forum ini memperkuat kapasitas dan kolaborasi enam negara CT6—Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste—untuk menghadirkan skema pembiayaan inovatif.
“Inovasi pembiayaan seperti Debt for Nature Swap, Indonesia Coral Reef Bond, Coral Insurance, dan Impact Bond yang sudah diinisiasi Indonesia perlu terus dikembangkan bersama untuk mendukung keberlanjutan ekosistem laut dan pesisir di kawasan Segitiga Karang,” ujarnya.
Komitmen Kolektif CT6
Dalam IRC Meeting, sejumlah isu strategis dibahas, termasuk operasionalisasi Sekretariat Regional CTI-CFF, peluang integrasi program ATSEA (Arafura and Timor Seas Ecosystem Action), serta persiapan Senior Officials Meeting (SOM) ke-20 tahun ini. Pertemuan ini juga menandai penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Sekretariat Regional CTI-CFF dengan Rare untuk memperkuat implementasi RPOA 2.0.
Direktur Eksekutif Sekretariat Regional CTI-CFF, Dr. Frank Griffin, menegaskan pentingnya komitmen kolektif. “Menjaga sumber daya di Segitiga Karang adalah tanggung jawab bersama, bukan satu negara saja. Kerja sama ini penting untuk melindungi laut dan memastikan ketahanan pangan generasi mendatang,” ujarnya.
Penandatanganan MoU ini juga membuka peluang pengembangan CTI Regional Impact Bond, sebuah skema pembiayaan berbasis hasil untuk mendukung kawasan laut prioritas, perlindungan spesies terancam punah, perikanan berkelanjutan, dan ketahanan iklim.
“Segitiga Karang adalah kawasan laut dengan keanekaragaman hayati tinggi namun rentan. Kemitraan ini memperluas dampak dan memperkuat visi bersama menuju laut sehat, ekosistem terlindungi, dan masyarakat pesisir tangguh,” kata Rocky Sanchez Tirona, Direktur Eksekutif Fish Forever Rare.
Sejalan dengan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, KKP menegaskan komitmen memperkuat Ekonomi Biru melalui sinergi multipihak dalam pengelolaan ruang laut demi laut yang sehat, berkelanjutan, dan mensejahterakan masyarakat. (*/)