Ku tak pernah meminta
Hidup sebagai pengalana yang terlunta
Karena yang kutahu, ya, dari dulu hingga kini memang begini
Saban hari menyusuri jalanan demi mengais rezeki
Botol dan gelas plastik yang berserak di jalan
Kaleng minuman kosong yang tergeletak di pinggir trotoar
Semua itu bagiku sebagai suatu anugerah
Dan ku tak sungkan untuk mengaisnya dalam tumpukan sampah yang basah
Entah kenapa, tak pernah kumarah pada diri ini
Terlebih untuk bertanya tentang nasib
Setiap melihat orang orang cekikikan sembil menyeduh kopi dan menyantap popmie
Dalam kedahagaan, dibenakku paling hanya berbisik: “Sampahnya nanti untuk ku ya!”
Satu hal yang paling sulit kulawan selama ini adalah: kantuk
Jika dia tiba tiba datang menghampiri
Maka terpaksa kusandarkan diri
Entah itu ke tembok, pepohonan, atau apa saja sembari membujurkan kaki
Terbujur diantara belantara hutan beton yang menjulang tinggi
Dan juga deru kendaraan yang hilir mudik tanpa henti
Rasanya tak pernah membuatku terusik ataupun juga bermimpi
Rintik hujan saja yang kadang sesekali datang mengusik nyenyak ku
Jika sesekali badan ini tak enak, mual, pusing dan juga mulas
Ku tak pernah menelan satu obat pun
Selalu merasa sehat dan kuat ternyata adalah obat ku yang mujarab dan ampuh
Membuat penyakit tak pernah betah berlama lama di tubuh
Dalam kesendirian ini, dalam pengelanaan ini
Sebuah penelusuran jalan yang tak berujung
Kadang sesekali lakon ku telah membuat mereka iba
Iba pada lakon yang “Tak Pernah Kupinta”.**
Jkt 121221
Mursalin Hamidi
Artikel ini telah dibaca 1313 kali