KalbarOke.Com – Kenaikan tarif parkir di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kalbar, GAIA Mall, menjadi perbincangan hangat di media sosial. Keriuhan ini bermula dari unggahan seorang pengunjung yang merasa terkejut setelah diminta membayar Rp6.000 saat keluar dari area parkir pada Sabtu (8/11/2025).
Melalui akunnya di Facebook, seorang pengunjung bernama Mina menceritakan pengalamannya. Ia mengaku terbiasa membayar Rp2.000 untuk parkir.
“Seperti biasa aku keluar parkir sudah siapin Rp2.000 plus karcis, langsung kuberikan saja. Sekali dibilang Rp6.000, aku langsung terkejut. Katanya weekend (akhir pekan) Rp2.000 per jam. Aku ke sana sebelum jam 8, keluar jam 10, jadi kena hitungan 3 jam,” tulis Mina dalam unggahannya.
Angka Rp6.000 untuk parkir selama kurang dari tiga jam ini memicu pertanyaan di kalangan konsumen: Apakah ini merupakan aturan baru yang belum tersosialisasi secara merata?
Postingan tersebut dengan cepat menuai beragam reaksi, menunjukkan bahwa isu tarif parkir merupakan masalah sensitif bagi banyak pengunjung.
1. Pengalaman yang Lebih Tinggi:
Seorang warganet dengan akun Ana Maminya Florensia Alvita mengaku pernah membayar lebih tinggi. “Aku pernah kena Rp8.000,” tulisnya, mengindikasikan bahwa variasi tarif sudah terjadi sebelumnya.
2. Mekanisme Hitungan Waktu:
Warganet lain mencoba menjelaskan kemungkinan penyebab tarif tinggi tersebut. Akun Julia berpendapat, “Mungkin 2 jam lewat sedikit dihitung 3 jam,” merujuk pada mekanisme perhitungan pembulatan waktu parkir per jam.
3. Pembanding dengan Kota Lain:
Beberapa komentar mencoba menempatkan tarif tersebut dalam perspektif yang lebih luas. Akun Suli Tan membandingkan dengan kota besar, “Kalau per jam Rp2.000, murah sih. Jakarta sudah Rp7.500 (tarif awal),” katanya, menunjukkan bahwa secara nominal tarif per jam GAIA masih relatif terjangkau, namun kenaikannya terasa signifikan bagi konsumen lokal.
Beberapa warganet mengklaim bahwa sistem parkir per jam, terutama pada akhir pekan, bukanlah hal baru. Akun Suryani Tanz mengatakan, “Sudah lama, Bu, aturannya. Di Mega Mall juga begitu. Tapi ada tertulis, Bu,” yang mengisyaratkan bahwa regulasi serupa telah diterapkan di pusat perbelanjaan lain dan seharusnya sudah diinformasikan.
Di sisi lain, terdapat kekhawatiran dari konsumen mengenai dampak jangka panjang dari kebijakan tarif yang dianggap membebani. Akun Sunheu dengan nada pesimistis berkomentar, “Biasa itu memeras dalam kesempatan. Lama-lama itu mal pasti sepi. Saya jamin 100%.” Komentar ini merefleksikan pentingnya keseimbangan antara pendapatan bisnis dan kenyamanan konsumen.
Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi pengelola pusat perbelanjaan untuk memastikan keterbukaan informasi dan transparansi tarif layanan publik.
