Metode penanaman dengan Teknik Hazton yang ditemukan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Holtikultura Kalbar Hazairin, terbukti berhasil meningkatkan produktifitas pertanian hingga empat kali lipat dari biasanya. Kini teknik tersebut telah dipakai pada ratusan hektar lahan pertanian di sejumlah daerah di Kalimantan Barat.
PONTIANAK, KB1 – Penelitian selama tiga tahun yang dilakukan oleh Kadis Pertanian dan TPH Kalbar, Hazairin akhirnya membuahkan hasil. Dirinya berhasil menemukan metode baru yang bisa meningkatkan produktifitas lahan pertanian yang diberinya nama Teknik Hazton. Dengan teknik tersebut, satu hektar sawah mampu menghasilkan padi hingga belasan ton, padahal selama ini para pengusaha tani cuma bisa memanen 3 sampai 5 ton saja dengan teknik penanaman biasa.
“Teknik ini sederhana saja, intinya modifikasi pada saat penanaman, kalau biasanya kita menanam padi hanya dua sampai tiga batang indukan dalam satu lobang semai, maka dengan teknik hazton jumlah indukan tersebut kita tambah hingga 20 batang sekaligus, dengan begitu malai padi yang keluar bisa mencapai 40 hingga 60 malai” cerita Hazairin.
Jumlah malai padi yang keluar biasanya akan berbanding lurus dengan hasil pertanian yang dapat dipanen. Secara teori, dengan teknik hazton produksi pertanian dapat meningkat empat sampai lima kali dibandingkan tata cara menanam konvensional.
“Logikanya begini, semakin banyak malai yang bisa dihasilkan dari semaian indukan maka bulir padi juga relatif lebih banyak, dengan tata cara lama malai yang dihasilkan paling banyak 17 batang, dengan teknik hazton yang pernah kita coba malai yang keluar bisa sampai 40 malai dalam satu lobang semai” ujar Hazairin bersemangat.
Keberhasilan teknik hazton pertama kali diperoleh pada penanaman di areal Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas, saat itu satu hektar sawah mampu menghasilkan 13 ton padi. Hingga kini teknik hazton telah digunakan oleh para pengusaha tani dibeberapa daerah seperti Singkawang, Ketapang, Paniraman dan Matang Sigantar.
“Sebelum dicobakan di lapangan, saya telah melakukan penelitian kecil-kecilan di rumah, hipotesa kita ternyata tidak meleset ketika diterapkan di areal pertanian, di sejumlah daerah yang sudah kita jadikan percontohan hasil panennya jauh meningkat bahkan pada level quantum” tutur Hazairin.
Selain dapat meningkatkan hasil panen, ternyata teknik hazton memiliki berbagai kelebihan lain seperti mengurangi serangan hama keong. Teknik ini juga dikatakan sangat mudah dilakukan oleh para pengusaha tani karena tidak mengubah kebiasaan para petani.
“Dengan semaian yang banyak otomatis tanaman akan lebih tahan dari serangan hama, selain itu keong mas ini kan memakan semaian padi yang muda berumur 2 sampai tiga minggu, kalau dengan teknik hazton kan waktu penyemaian lebih lama sekitar 25 sampai 28 hari, saya yakin dengan umur semaian seperti itu keong mas tidak bisa merusak semaian” tegasnya.
Satu diantara kendala yang mungkin dihadapi para pengusaha tani saat menerapkan teknik hazton adalah biaya yang besar saat awal penyemaian. Hal itu terjadi karena para pengusaha tani harus menyiapkan bibit yang lebih banyak pula dari biasanya. Namun menurut Hazairin hal itu tidak perlu di khawatirkan karena peningkatan biaya pasti akan tertutupi dengan hasil panen yang peningkatannya jauh lebih besar.
“Paling yang terasa berat bagi petani saat mau mulai nanam, mereka harus menyediakan bibit yang lebih banyak, yang biasanya menyiapkan bibit 20 sampai 30 kilo, maka dengan teknik hazton akan perlu bibit 100 sampai 120 kilo, tidak apa-apa saya pikir, karena penambahan bibit 100 kilo paling perlu biaya 1 Juta Rupiah, coba bandingkan dengan hasil produksi yang meningkat empat kali lipat, dua kali lipat saja sudah tertutupi biaya tersebut” ujarnya.
Hazairin menceritakan bahwa teknik hazton yang ditemukannya terinspirasi dari hasil training di jerman yang diikutinya tahun 1999 silam. Dia melihat para petani gandum di sana mampu menghasilkan gandum sebanyak 13 ton perhektar. Sesampainya di tanah air dia bersama rekannya yang bernama Anton Kamarudin kemudian melakukan penelitian untuk meningkatkan produktifitas tanaman padi, dari situlah kemudian dipakai nama HazTon yang merupakan gabungan nama mereka berdua, namun Hazairin juga mengatakan Hazton juga dapat berarti Hasil berton-ton yang menggambarkan manfaat dari penerapan teknik tersebut.
“Awalnya sih teknik ini namanya diambil dari gabungan nama kita berdua, yaitu saya dan rekan yang bernama Anton, namun setelah melihat hasilnya nama hazton juga kita anggap sebagai akronim dari hasil berton-ton yang menggambarkan manfaat dari teknik ini” pungkasnya.
Saat ini teknik hazton gencar disosialisasikan oleh Dinas Pertanian dan TPH Kalbar kepada para pengusaha tani di seluruh Kecamatan. Diharapkan teknik tersebut dapat mendongkrak produktifitas pertanian daerah ini, sehingga para pengusaha tani turut merasakan manfaatnya (tan/06).
Artikel ini telah dibaca 1902 kali