KalbarOke.Com – Semangat perdamaian bersejarah Perjanjian Tumbang Anoi 1894 menjadi inspirasi bagi para pemimpin Suku Dayak di seluruh Borneo. Dalam Seminar Internasional “Memperkuat Jati Diri Masyarakat Suku Bangsa Dayak” yang digelar di Palangkaraya pada Jumat (22/8/2025), Gubernur Kalimantan Tengah, Agustiar Sabran, mengajak seluruh pemimpin Dayak untuk bersatu demi kemajuan dan masa depan yang bermartabat.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, yang turut menjadi narasumber.
Dalam paparannya, Krisantus Kurniawan menyoroti kesenjangan pembangunan di wilayah pedalaman Kalimantan yang membuatnya merasa sebagian masyarakat belum sepenuhnya merasakan kemerdekaan.
Ia menceritakan pengalamannya saat mengunjungi desa-desa di Kapuas Hulu yang masih minim akses listrik, infrastruktur jalan, dan sekolah.
“Ada desa yang namanya Desa Entibab. Di perjalanan saya melewati 34 jembatan yang harus saya susun kayunya agar mobil bisa lewat. Saya lihat rakyat masih miskin, proposal masih bergentayangan. Ini adalah indikator kemiskinan di Kalimantan,” ujar Krisantus.
Semangat Tumbang Anoi Melintasi Batas Negara
Gubernur Kalteng, Agustiar Sabran, menegaskan bahwa seminar ini bukan sekadar forum diskusi, melainkan wadah untuk membangun komitmen bersama.
Ia mengingatkan kembali Perjanjian Tumbang Anoi yang menjadi tonggak bersejarah bersatunya para Damang dan tokoh Dayak untuk mengakhiri tradisi perang.
“Perjanjian Damai Tumbang Anoi bukan hanya catatan sejarah, tetapi fondasi perdamaian, persaudaraan, dan kemajuan peradaban Dayak di panggung dunia,” tegas Agustiar.
Ia menambahkan, semangat kebersamaan ini kini melintasi batas-batas negara. Meskipun tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Brunei, Agustiar menegaskan bahwa mereka tetap satu sebagai Suku Bangsa Dayak. (adp/01)
Artikel ini telah dibaca 78 kali