Pabrik Petrokimia Lotte Chemical di Cilegon Gantikan Impor Rp22,4 Triliun per Tahun

Ilustrasi pabrik petrokimia New Ethylene Project milik PT Lotte Chemical Indonesia di Cilegon resmi beroperasi dengan investasi senilai USD3,9 miliar

KalbarOke.com – Kehadiran pabrik petrokimia New Ethylene Project milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) di Cilegon menjadi tonggak baru dalam upaya pemerintah memperkuat hilirisasi minyak dan gas bumi (migas) serta kemandirian industri petrokimia nasional.

Proyek raksasa yang menelan investasi sekitar USD3,9 miliar (sekitar Rp62 triliun) ini diproyeksikan mampu menggantikan impor produk petrokimia hingga USD1,4 miliar per tahun atau setara dengan Rp22,4 triliun.

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, pabrik ini akan memberikan nilai tambah besar bagi perekonomian nasional dengan nilai hilirisasi mencapai USD2 miliar atau sekitar Rp32 triliun per tahun. Dari jumlah tersebut, USD1,4 miliar digunakan untuk mengganti impor, sedangkan USD600 juta (Rp9,6 triliun) berpotensi meningkatkan ekspor.

“Dari total kapasitas produksinya, 70 persen akan dipasarkan di dalam negeri dan 30 persen ke luar negeri. Jadi selama ini kita impor, dengan pabrik ini kita tidak lagi mengimpor secara besar-besaran seperti sebelumnya,” ujar Bahlil saat mendampingi Presiden Prabowo Subianto meresmikan pabrik tersebut pada Kamis (6/11).

Baca :  Presiden Prabowo Siap Copot Menteri Nakal, Tak Takut Dimusuhi demi Kepentingan Rakyat

Fasilitas New Ethylene Project mampu mengolah naphtha sebesar 3.200 kiloton per tahun (kTA), dengan dukungan LPG hingga 50 persen sebagai bahan tambahan. Dari proses tersebut dihasilkan produk hulu seperti ethylene (1.000 kTA), propylene (520 kTA), mixed C4 (320 kTA), pyrolysis gasoline (675 kTA), pyrolysis fuel oil (26 kTA), dan hydrogen (45 kTA).

Sementara untuk produk hilir, pabrik ini menghasilkan antara lain high density polyethylene (HDPE) sebanyak 250 kTA, linear low density polyethylene (LLDPE) sebanyak 200 kTA, polypropylene (PP) sebanyak 350 kTA, butadiene (140 kTA), serta benzene, toluene, dan xylene (BTX) berkapasitas total 400 kTA.

Baca :  Prabowo Luncurkan Kereta Khusus Petani dan Pedagang: Transportasi Rakyat untuk Keadilan Ekonomi

Produk-produk tersebut menjadi bahan baku utama bagi berbagai industri strategis, seperti kemasan plastik, otomotif, alat kesehatan, elektronik, karet sintetis, hingga cat dan bahan kimia rumah tangga.

“Hari ini membuktikan bahwa hilirisasi Indonesia tidak hanya dibangun di sektor mineral dan batubara, tapi juga sudah mulai beranjak ke hilirisasi minyak dan gas bumi,” tegas Bahlil.

Ia menambahkan, keberadaan fasilitas pengolahan turunan migas berskala besar ini diharapkan mampu memperkuat ketersediaan bahan baku industri dalam negeri, mengurangi defisit neraca perdagangan, serta meningkatkan daya saing industri nasional di pasar global. (*/)