KalbarOke.Com – Isu penanganan penyakit kanker di Kalimantan Barat mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah dan profesional kesehatan. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online Tahun 2023, tercatat bahwa 3.717 penyandang kanker telah dirawat di berbagai fasilitas kesehatan di provinsi ini.
Jenis kasus kanker terbanyak yang dirawat meliputi kanker payudara, kanker leher rahim (serviks), kanker usus (kolorektal), kanker darah (leukemia), dan kanker kelenjar getah bening (limfoma).
Data ini diungkapkan kembali dalam kegiatan Workshop dan Simposium bertajuk “West Borneo Oncology Update: From Early Detection To A Multidisciplinary Team Approach” yang diselenggarakan di Hotel Mercure Pontianak, Minggu (2/11/2025).
Acara ini juga dirangkai dengan Pelantikan Pengurus Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) Cabang Pontianak, Kalimantan Barat, untuk periode 2025–2028. Dokter Manuel Hutapea, Sp.OG Subsp.Onk, resmi dilantik sebagai Ketua POI Cabang Pontianak.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalimantan Barat, dr. Harisson, yang membuka acara tersebut, menyampaikan apresiasinya. Ia menilai kegiatan ini sangat penting dalam upaya bersama menghadapi tantangan penyakit kanker.
“Tema ini sangat tepat. Ini tidak hanya menegaskan pentingnya deteksi dini, tetapi juga mengajak kita bekerja sama lintas profesi. Dalam urusan kesehatan, kita semua harus bersinergi,” ujar Harisson.
Sekda Harisson juga menyoroti data global dan nasional. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat 9,6 juta kematian akibat kanker setiap tahun, padahal sebagian besar kasus dapat dicegah atau dideteksi lebih awal.
Secara nasional, data International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2022 menunjukkan lebih dari 400 ribu kasus baru kanker setiap tahun di Indonesia. Untuk perempuan, jenis kanker yang dominan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim.
Khusus di Kalimantan Barat, data SIRS Online 2023 menunjukkan bahwa kasus kanker payudara menduduki peringkat teratas dengan 480 penderita yang dirawat, disusul kanker leher rahim dengan 178 kasus. Selain itu, Sekda menambahkan bahwa kanker merupakan penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi kedua setelah penyakit jantung, merujuk pada data BPJS Kesehatan.
Menanggapi tingginya angka tersebut, Sekda Harisson menekankan bahwa peningkatan kesadaran masyarakat melalui edukasi dan pemeriksaan dini merupakan benteng pertahanan pertama.
“Kabar baiknya, banyak jenis kanker bisa dicegah dan disembuhkan bila ditemukan sejak dini. Oleh karena itu, pengetahuan dan kesadaran masyarakat adalah kunci,” tegasnya.
Pemerintah pusat melalui Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara 2023–2030 telah melibatkan berbagai pihak, mulai dari tenaga medis hingga organisasi masyarakat. Daerah, termasuk Kalbar, didorong untuk menjadi bagian penting dari gerakan besar ini.
Sejalan dengan itu, Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Kalbar, Windy Prihastari, yang turut hadir dalam acara tersebut, menegaskan komitmen YKI untuk aktif mendukung program penanganan dan pencegahan kanker di daerah.
“Kami berharap YKI Kalbar dapat memberi kontribusi nyata, baik dalam kegiatan promosi kesehatan, pencegahan, deteksi dini, hingga rehabilitasi bagi pasien,” tutup Windy.
Pelantikan POI Cabang Pontianak diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antarprofesi kesehatan dan meningkatkan kualitas layanan onkologi di Kalimantan Barat, demi memberikan penanganan terbaik bagi pasien kanker.







