Indeks

Guru Profesional UIN Bandung Siap Terapkan Kurikulum Berbasis Cinta

1.496 Guru Resmi Dikukuhkan: Menyalakan Pelita Pendidikan dari Bandung untuk Indonesia

Ilustrasi guru profesional Pendidikan Agama Islam

KalbarOke.com – Aula Gedung PPG Kampus 2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung hari itu terasa istimewa. Ratusan wajah bersinar penuh syukur hadir dalam satu momen penting: pengukuhan 1.496 guru Pendidikan Agama Islam sebagai guru profesional.

Mereka datang dari berbagai penjuru Jawa Barat dan Kepulauan Riau, mengukir tonggak baru dalam perjalanan panjang pengabdian mereka di dunia pendidikan.

Prosesi sakral ini menjadi penanda, bahwa para guru tersebut kini telah siap menjadi pelita yang menerangi jiwa peserta didik, bukan hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membentuk karakter dan menyemai nilai-nilai spiritual.

Mengajar dengan Cinta, Mengabdi dengan Jiwa

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Amien Suyitno, hadir langsung menyampaikan apresiasinya. Ia menekankan bahwa peran guru dalam pendidikan Islam jauh lebih dari sekadar penyampai materi.

“Guru adalah pembangun peradaban. Pendidikan Islam menuntut guru menjadi pelita – menebarkan kasih sayang, keadilan, dan cinta,” ucapnya penuh makna.

Suyitno memperkenalkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai pendekatan baru yang menempatkan empati dan akhlak sebagai fondasi utama. Di tengah kekhawatiran atas menurunnya karakter di dunia pendidikan, ia menegaskan bahwa guru profesional harus menjadi garda terdepan dalam menghadirkan pendidikan yang memanusiakan manusia.

“Dengan cinta, seorang guru bisa mengubah kecemasan menjadi semangat, dan kebingungan menjadi inspirasi,” tambahnya.

Ikrar Profesional: Janji Setia Para Guru

Pengukuhan ini dipimpin langsung oleh Plh. Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Tedi Priatna, yang dengan penuh kebanggaan menyampaikan ikrar pengukuhan kepada seluruh peserta.

“Pengukuhan ini bukan sekadar seremonial. Ini adalah pengakuan atas integritas dan kompetensi para guru,” tegasnya.

Tedi juga mengutip dua tokoh dunia pendidikan: Malala Yousafzai dan William Arthur Ward. Ia mengingatkan bahwa guru yang luar biasa bukan hanya menjelaskan atau menunjukkan, tapi menginspirasi.

“Satu anak, satu guru, satu buku, dan satu pena bisa mengubah dunia. Jadilah guru yang menginspirasi, bukan hanya informatif,” katanya, disambut tepuk tangan hadirin.

Dedikasi Tanpa Batas Usia

Dari total 1.496 peserta, kisah-kisah inspiratif pun bermunculan. Dua sosok menerima penghargaan khusus: Masitoh (58 tahun) dari Kabupaten Karawang, sebagai peserta tertua, dan Restu Fauzi (23 tahun) dari Kabupaten Ciamis, sebagai peserta termuda.

Keduanya menjadi simbol bahwa semangat belajar tidak mengenal batas usia. Juga, dua peserta terbaik dari unsur laki-laki dan perempuan, Suherman dari Garut dan Dewi Fitri Kurnia dari Sumedang, mendapat apresiasi atas prestasi gemilangnya.

Kebersamaan dalam Hybrid Ceremony

Karena keterbatasan ruang, pengukuhan digelar secara hybrid, dengan 234 peserta hadir langsung, dan 1.262 lainnya mengikuti secara daring melalui siaran YouTube. Momen ini tetap terasa sakral dan menyentuh, bahkan bagi yang menyaksikan dari kejauhan.

Kontribusi Nyata untuk Masa Depan Pendidikan

Dalam laporannya, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakry Hamdani, menjelaskan bahwa tingkat kelulusan sangat tinggi: 1.496 dari 1.498 peserta dinyatakan lulus Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Guru (UKMPPG) periode 1 tahun 2025.

“Ini bukti nyata keberhasilan UIN Bandung dalam membina guru-guru agama yang siap menjawab tantangan zaman,” ungkapnya.

UIN Sunan Gunung Djati Bandung pun berkomitmen penuh untuk mendorong inovasi pendidikan berbasis Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Berdampak, serta penguatan karakter guru melalui pendekatan spiritual dan teknologi.

Tiga Pesan untuk Para Pendidik Masa Depan

Sebagai penutup, Tedi Priatna menitipkan tiga pesan penting yakni jadilah agen perubahan di sekolah dan Masyarakat. Kemudian pegang teguh profesionalisme, etika, dan semangat kebhinekaan. Serta terakhir terus belajar dan berkembang sepanjang hayat.

“Guru adalah penjaga masa depan. Dan hari ini, kita menyaksikan 1.496 cahaya baru yang siap menerangi negeri ini,” pungkasnya. (*/)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 84 kali

Exit mobile version