KalbarOke.com – Kasus campak di Indonesia kembali menjadi perhatian serius. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat tren Kejadian Luar Biasa (KLB) campak meningkat di sejumlah wilayah, salah satunya di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Kondisi ini erat kaitannya dengan turunnya cakupan imunisasi rutin lengkap dalam beberapa tahun terakhir.
Direktur Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine, menjelaskan bahwa cakupan imunisasi rutin lengkap sempat mencapai 92% pada 2018, namun turun menjadi 87,8% pada 2023. Penurunan ini langsung berdampak pada meningkatnya kasus campak.
“Pada 2022 tercatat lebih dari 4.800 kasus campak terkonfirmasi, naik menjadi lebih dari 10.600 kasus pada 2023. Tahun 2024 sempat turun menjadi 3.500 kasus, tapi pada 2025 hingga Agustus sudah tercatat lebih dari 3.400 kasus,” ungkap dr. Prima.
Lonjakan KLB Campak
Data Kemenkes menunjukkan KLB campak juga mengalami fluktuasi. Pada 2022 terjadi 64 KLB, meningkat jadi 95 KLB pada 2023. Tahun 2024 menurun menjadi 53 KLB, namun hingga Agustus 2025 kembali meningkat dengan 46 KLB tercatat.
Di Sumenep, Kepala Dinas Kesehatan, drg. Ellya Fardasah, melaporkan adanya 2.139 kasus suspek campak, dengan 205 kasus terkonfirmasi laboratorium hingga 26 Agustus 2025. Mayoritas pasien adalah anak balita dan usia sekolah dasar.
“Rentang usia terbanyak 1–4 tahun dengan proporsi 53%, disusul usia 5–9 tahun sebanyak 29%,” jelasnya.
Komplikasi Berbahaya dan Pentingnya Imunisasi
Ahli imunisasi, Prof. Anggraini Alam, mengingatkan bahwa campak bukan penyakit ringan. “Campak bisa menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia, diare berat, radang otak, hingga SSPE (penyakit saraf fatal yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi campak),” tegasnya.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya imunisasi MR (Measles-Rubella) dosis pertama pada usia 9 bulan dan dosis kedua pada usia 18 bulan. “Jika belum lengkap, segera lengkapi tanpa menunggu ada kasus di sekitar,” tambahnya.
Respons Pemerintah dan ORI di Sumenep
Untuk menekan penularan, Kemenkes bersama WHO dan Dinas Kesehatan setempat telah menurunkan tim surveilans, menggelar Outbreak Response Immunization (ORI), serta memperkuat edukasi masyarakat.
Program ORI di Kabupaten Sumenep dimulai 25 Agustus hingga akhir September 2025, menyasar anak usia 9 bulan hingga 6 tahun di seluruh wilayah. Tenaga field epidemiology training program (FETP) juga dikerahkan untuk memperkuat respon lapangan.
“Masyarakat diimbau tidak menunda imunisasi. Vaksin campak aman, bermutu, dan diberikan gratis oleh pemerintah,” tegas dr. Prima.
Selain itu, orang tua diminta segera membawa anak ke fasilitas kesehatan bila mengalami gejala demam, bercak merah, batuk, pilek, dan mata merah. Pasien campak harus diisolasi, diberi vitamin A, serta mendapat asupan gizi seimbang agar cepat pulih.
Kemenkes juga mengingatkan pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Mengingat campak menular lewat droplet, penggunaan masker saat berinteraksi dengan penderita sangat dianjurkan.
“Kalau cakupan imunisasi bisa dijaga di atas 95%, rantai penularan campak bisa diputus. Itu harus jadi komitmen bersama,” tutup dr. Prima. (*/)
Artikel ini telah dibaca 30 kali