Jangan malu jadi petani! petani itu pekerjaan mulia! dan anak petani harus berpendidikan! Tiga pesan utama Gubernur Kalbar Cornelis saat panen padi bersama di Desa Ngarak, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, beberapa waktu silam, begitu tergiang jelas di telinga Heronimus Hero. Pernyataan tegas itu seakan menjadi cambuk baginya agar tidak pernah lelah memajukan pertanian di provinsi ini. Meningkatkan kesejahteraan dan mewaspadai godaan lahan petani beralih fungsi ke aktivitas nonpertanian pangan.
PONTIANAK, KB1 – Pertanian tanaman pangan yang sebenarnya kita sadari dan ketahui bersama merupakan sumber utama penghasilan makanan bagi masyarakat, kini mulai terancam oleh berbagai godaan yang mengakibatkan para petani kurang fokus dalam mengembangkan tanaman pangan. Saat ini banyak lahan pertanian pangan yang beralih fungsi ke aktivitas nonpertanian pangan.
“Lahan-lahan tersebut ada yang sudah dijual oleh petani karena berpola pikir keliru yaitu malu menjadi petani karena selalu bekerja dalam suasana kotor, atau karena ingin lebih cepat makmur,” kata Heronimus Hero, SP, Msi, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar.
Ia menilai padahal lahan yang dijual tersebut sebenarnya adalah aset yang sangat berharga bagi masa depan petani dan keluarganya. Bahkan sekaligus juga masa depan pertanian tanaman pangan untuk semua masyarakat. Kenapa demikian? Tanyanya memberikan gambaran. “Ya, karena sampai saat ini tidak ada sumber makanan manusia utama lainnya yang berasal dari luar aktivitas pertanian tanaman pangan yang dapat menggantikan beras, jagung, umbi-umbian, gandum, dan kedelai,” bebernya.
Sekitar sembilan miliar penduduk dunia masih meneruskan kehidupan dengan mengkonsumsi komoditi tersebut. Namun sayang, saat ini banyak ditemukan petani yang tidak lagi mengusahakan tanaman pangan karena terpengaruh bahwa mengusahakan tanaman pangan tidak menguntungkan sehingga beralih ke komoditi non tanaman pangan. Padahal kenyataannya semua usaha tani sangat menguntungkan jika diusahakan secara benar dan berpola agribisnis.
“Perinsipnya gini, pengusaha tani atau petani itu melakukan usahanya sekarang tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi sendiri, tetapi juga untuk mencari keuntungan secara ekonomi. Bahkan banyak perusahaan besar yang mengembangkan komoditas pangan dan holtikultura justru berawal dari usaha tani kecil,” Hero mencontohkan.
Untuk menyaring godaan-godaan yang kurang mendukung pembangunan pertanian tanaman pangan tersebut, maka pendidikan merupakan suatu yang wajib dimiliki oleh petani dan keluarganya. Pendidikan jangan sampai diartikan secara sempit, yaitu sebagai syarat untuk menjadi pegawai. Tetapi lebih dari itu, pendidikan akan lebih memanusiakan petani, dalam artian memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta mandiri dalam mengambil keputusan dalam usaha tani.
“Di sisi lain tanaman pangan yang sebagian besar berupa padi sekarang kondisi produktivitasnya tidak terlalu tinggi, akibatnya keuntungan juga tidak terlalu banyak, makanya mereka (petani,red) tergoda untuk menanam sesuatu yang lain yang diharapkan bisa memberikan dampak ekonomi lebih cepat dan lebih tinggi meskipun kenyataannya tidak segampang itu,” kata Hero.
Itulah kenapa, Pria kelahiran Bengkayang tahun 1974 silam tersebut, menilai pengetahuan dan wawasan yang luas bagi petani sangat penting. Sebab dunia pertanian saat ini dan masa depan akan sangat tergantung pada penguasaan teknologi dan informasi. Maka apapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai program seperti penyediaan sarana produksi, cetak sawah baru, fasilitasi peralatan mesin pertanian, sistem informasi pasar dan lain sebagainya tidak akan memberikan dampak yang nyata jika para petani tidak memiliki kemampuan dalam menerapkannya.
“Jika saja teknologi Hazton diterapkan semua, maka produktivitas hasil tani juga meningkat, saya rasa Hazton bisa mencegah alih fungsi lahan karena dengan demikian mereka akan merasa untung,” kata Hero.
Hazton yang merupakan teknologi baru cara bertanam padi terbukti mampu meningkatkan produktivitas berkali lipat. Untuk meyakinkan para petani, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kalimantan Barat sengaja mengembangkan teknologi ini di demplot yang terletak persis di belakang kantor dinas. Ada banyak paket teknologi yang dicoba di sini. “Bukti-bukti otentik yang tidak terbantahkan ada di demplot ini,” ungkap Hero meyakinkan.
Ia merasa tuntutan dalam permintaan akan bahan pangan di masa depan pasti akan meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas seiring dengan pertambahan penduduk dunia dan kemakmuran masyarakat. Masyarakat akan semangkin cenderung mengkonsumsi pangan yang berkualitas dan aman. “Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka tidak bisa tidak, petani harus memiliki pengetahuan, wawasan, dan keterampilan serta menguasai informasi dan inovasi teknologi pertanian,” tegasnya.
Menurut dia, sejauh ini pemerintah sudah sangat serius membangun sektor pertanian di Kalbar. Tidak hanya dari infrastrukturnya saja, namun benih, proses produksi, pupuk, pendampingan, pembinaan di lapangan, bimbingan teknis, penyuluhan, bahkan sampai pada pengolahan berupa mesin-mesin penggiling padi, dukungan kemasan, dan promosi hasilnya pun difasilitasi pemerintah. “Kini tinggal kesungguhan masyarakat mencintai usaha tani di bidang tanaman pangan ini,” ungkapnya.
Namun harus kita sadari bersama bahwa untuk mewujudkan petani dan keluarga petani yang berpendidikan bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab dan kesadaran petani sendiri. Melainkan harus didukung oleh semua pihak, khususnya pemerintah. Dukungan pemerintah melalui fasilitasi infrastruktur yang memadai dan kemudahan akses untuk memperoleh pendidikan bagi petani dan anak-anak petaninya harus menjadi prioritas.
“Dukungan pemerintah ini bisa diibaratkan sebagai investasi jangka panjang pemerintah untuk menghasilkan sumber daya manusia pertanian berkualitas, mandiri tidak mudah terpengaruh dan bergengsi di masa depan,” jelasnya.
Karena hanya dengan demikian, lanjut Hero, petani kita bisa menghasilkan produksi pangan yang berkesinambungan serta mampu memenuhi kebutuhan makanan masyarakat Kalimantan Barat di masa-masa yang akan datang. “Jadi, pertanian tanaman pangan ini sangat berperan strategis terhadap kesetabilan, keamanan dan ketahanan pangan,” katanya.
Tekad Hero memajukan sektor pertanian untuk kesejahteraan masyarakat tani di Kalbar, membuatnya tidak ragu menggali semua potensi yang ada. Termasuk mendorong petani mengembangkan komoditas pertanian yang selama ini dirasa tak mungkin bisa dilakukan di daerah ini. Seperti mengembangkan tanaman bawang merah di lahan gambut.
“Selama ini bawang yang kita kenal selalu didatangkan dari luar Kalbar dan memang sangat mempengaruhi harga di pasaran, tapi ternyata di Kalbar kita bisa mengembangkannya, buktinya ini,” kata Hero seraya menunjukkan hasil panen bawang merah di lahan petani di Kota Pontianak.
Menurut dia, memang masih belum banyak petani yang mengembangkan komoditas bawang merah di Kalbar. Sebab baru beberapa petani saja bertindak sebagai pionir dalam mengembangkan bawang. Sebenarnya target pemerintah sejauh ini memang baru pada tahap mengurangi ketergantungan impor bawang merah baik yang didatangkan dari pulau Jawa maupun dari luar negeri.
“Kita lihat prospeknya, jika kita memang bisa mengurangi ketergantungan maka arah lebih jauhnya adalah pembinaan untuk memacu agar dalam prospek pemasaran kita bisa bersaing, sehingga produk bawang merah ini tidak mempengaruhi terlalu tinggi terhadap inflasi,” pungkasnya. (deL/02)
Artikel ini telah dibaca 1836 kali