KalbarOke.com – Di tengah geliat desa-desa pesisir Madura, ada satu program kesehatan yang mencuri perhatian: ‘PDKT dengan Kumis Pak Kades’. Bukan sekadar nama lucu, tapi sebuah inovasi serius untuk menghapuskan kusta dari Kabupaten Sampang, salah satu daerah dengan beban kusta tertinggi di Jawa Timur.
PDKT merupakan singkatan dari Peduli Kesehatan Kulit dengan Komunikasi Perubahan Perilaku Masyarakat Desa. Melalui program ini, pemerintah menggandeng para kepala desa, tokoh masyarakat, dan penyintas kusta untuk menyebarkan kesadaran dan menghapus stigma, satu rumah ke rumah, satu senyum ke senyum.
“Nama ini sengaja kami buat dekat dengan masyarakat. Kesehatan itu harus dikemas dengan cara yang akrab agar tidak menakutkan,” ujar dr. Dwi Herlinda Lusi Harini, Kepala Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Sampang.
Kusta Bukan Kutukan, Tapi Bisa Diobati
Sampang pernah mencatat angka prevalensi kusta mencapai 4,81 per 10.000 penduduk pada 2014. Namun berkat inovasi lokal, angka ini turun menjadi 2,27 per 10.000 pada 2024. Meski belum mencapai eliminasi, penurunan ini menunjukkan arah yang benar.
Masalahnya bukan hanya soal penyakit, tapi stigma sosial. Banyak penderita kusta enggan berobat karena takut dikucilkan. Di sinilah ‘PDKT’ bekerja — membuka ruang dialog, menjembatani kepercayaan antara warga dan layanan kesehatan.
“Dengan pendekatan berbasis desa, warga lebih terbuka. Penemuan kasus jadi lebih cepat, pengobatan pun lebih efektif,” tambah dr. Dwi.
Tak Hanya Obat, Tapi Juga Harapan
Tak berhenti di skrining dan pengobatan, Pemerintah Kabupaten Sampang juga menyuplai pelatihan keterampilan dan modal usaha untuk para penyintas kusta. Mereka diajak kembali aktif, berdaya, dan mandiri di tengah masyarakat.
Salah satu penyintas yang kini menjadi kader desa, sebut saja Pak Haris (45), mengaku hidupnya berubah setelah mengikuti program pelatihan.
“Dulu saya malu. Tapi sekarang saya bangga bisa bantu orang lain yang seperti saya dulu,” katanya sambil tersenyum.
Desaku Sahabat, Cek Gratis, dan Sekolah Sehat
Program DesaKu Asik dan pembentukan Desa Sahabat Kusta memperkuat pendekatan komunitas. Kader desa dilatih untuk menjadi agen perubahan, bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mendampingi pengobatan warga hingga tuntas.
Inisiatif lain seperti Cek Kesehatan Gratis (CKG) menyasar masyarakat umum dan anak-anak sekolah. Dari 891 ribu warga Sampang, lebih dari 48 ribu telah mendaftar, dan 45 ribu telah diperiksa, termasuk skrining penyakit menular seperti TB dan kusta.
“Kami juga lakukan skrining ke sekolah-sekolah. Anak-anak harus dilindungi sejak dini agar tidak menjadi korban berikutnya,” jelas dr. Dwi.
Mimpi Bebas Kusta 2030: Dari Desa untuk Dunia
Dengan semangat gotong royong yang kuat, Sampang memasang target besar: bebas kusta sebelum 2030. Ini bukan janji kosong, tapi cita-cita yang dibangun dari gerakan lokal yang nyata. Dan mungkin saja, cara unik seperti ‘PDKT dengan Kumis Pak Kades’ bisa jadi inspirasi nasional — bahkan dunia.
“Kesehatan bukan hanya soal obat, tapi juga pendekatan. Ketika warga merasa didengarkan, itulah awal dari kesembuhan,” tutup Bupati Sampang, H. Slamet Junaidi, penuh keyakinan. (*/)
Artikel ini telah dibaca 83 kali