Indeks

Petani Australia Jual Jeruk Langsung Lewat Facebook , Bagaimana dengan Sambas?

Australia, KB1- Seorang petani buah di Australia Barat telah menggunakan sosial media seperti Facebook untuk menjual langsung jeruk yang dihasilkan dari ladangnya dan mengatakan hasilnya cukup memuaskan.
Belinda Needle mengelola perkebunan di Yallingup Siding, sekitar 247 km dari Perth, dimana dia sana dia menanam sekitar 8 ribu pohon jeruk naval, dan 100 jeruk mandarin imperial.

Needle sudah menjalani usaha ini lebih dari 20 tahun. Dia mengatakan menjual langsung produksinya ke konsumen karena nilai keuntungannya tidak cukup besar bagi petani kecil bila mereka menjual lewat supermarket.

“Facebook telah menjadi teman kami.” Katanya, dikutip australianplus.com
Needle memanfaatkan akun Facebook bernama ‘Buy and Sell’ yang dibuat oleh Asosiasi Petani Barat Daya Australia Barat (South West WA) untuk menjual jeruknya selama tiga atau empat tahun terakhir.

Konsumen yang akan membeli bisa memesan lewat social media, misalnya berapa kotak jeruk yang akan dibeli, dan Belinda Needle kemudian menetapkan tempat untuk bertemu guna menyerahkan jeruk dari ladangnya.

“Semua pembeli, hampir semuanya perempuan akan turun misalnya dari mobil mereka membawa keranjang cucian, dan memasukkan jeruk tersebut.” kata Needle. “Jeruk yang mereka beli adalah jeruk yang baru dipetik pagi harinya atau mungkin cuma dua atau tiga hari sebelumnya.”

Needle mengatakan dengan menghindari supermarket, dia bisa menjual jeruk yang bentuknya kurang bagus, sehingga mengurangi produk yang terbuang sia-sia. “Kami bisa menjual buah yang mungkin bentuknya lucu, aneh, atau yang terlalu kecil atau terlalu besar.” tambah Needle.

“Supermarket maunya hanya buah yang sempurna, semua harus bentuknya sama, dan serupa, dan itu sesuatu yang tidak mungkin.”

Kondisi berbeda justru ada di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Ribuan mil jauhnya dari Australia. Sekitar 1980-an sampai sekarang, daerah ini memang dikenal sebagai daerah penghasil jeruk. Sayang sekarang justru pemasarannya mengkhawatirkan. Indra Safri, petani jeruk Desa Segarau, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas mengaku dalam tiga tahun terakhir, banyak batang jeruk mati terkena virus. Daun dan ranting mendadak menguning.

“Menjual jeruk di supermarket seperti mimpi,” katanya. Karena selama ini petani hanya bisa menjual jeruk melalui agen dengan harga juga ditetapkan oleh agen. Sekarang harga jeruk kisaran Rp 5 ribu per kilogram.
“Facebook bagi kami hanya untuk mainan. Sekedar berkomunikasi saja bersama teman. Lainnya tidak ada,” katanya. (ags/*)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 2023 kali

Exit mobile version