Indeks

PETANI JAWAI DENGAN TIGA MACAM HASIL PANENNYA

Petani tiga kali panen dalam setahun sudah biasa, nah kalau tiga macam panen masih jarang dilakukan oleh mereka. Pola pertanian dengan tiga macam komoditas sudah dilakukan oleh para petani di Kecamatan Jawai sejak lama. Dengan begitu mereka bisa mengurangi dampak buruk dari cuaca, sebab pola tersebut mereka lakukan dengan memperhitungkan faktor cuaca.

 

SAMBAS, KB1 – Nun jauh di Pelosok Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas, sebuah desa sentra penanaman kacang kedelai berada. Sarang Burung Kolam demikian nama desa tersebut, sejak tahun 70-an para pengusaha tani di daerah ini sudah mengenal dan bercocok tanam kedelai di lahan milik mereka. Mencapai desa tersebut tidaklah mudah, dari Ibukota Kabupaten Sambas perjalanan 20 Km menuju penyeberangan Tebas Kuala merupakan jalur terdekat, setelah menyeberang menggunakan perahu motor sekitar 30 menit, kita akan sampai di Dermaga Perigi Piyai satu diantara pintu masuk Kecamatan Jawai. Dari dermaga ini perjalanan masih panjang, puluhan kilomter harus ditempuh melalui jalan yang berbatu.

Desa Sarang Burung Kolam atau yang biasa disebut SB Kolam, dihuni oleh masyarakat yang sebagian besar adalah petani. Profesi lain yang digeluti warga di sana antara lain; pedagang, PNS, dan buruh kasar. Khusus para petani di daerah ini memiliki pola tanam yang sedikit berbeda dengan para petani di Kecamatan Lain. Mereka menanam tiga jenis komoditas pertanian secara bergantian dalam satu tahun yaitu; Kacang Kedeai, Jagung dan Padi. Pola seperti ini sudah mereka lakukan sejak awal mengenal pertanian, dan masih diterapkan hingga sekarang.

Haji Hamdan, Kepala UPT Pertanian yang bertugas di Kecamatan Jawai sejak tahun 1992, telah berkali-kali menyaksikan betapa pola tanam padi, jagung dan kedelai (Pajale) di Kecamatan Jawai memberikan hasil yang baik bagi para petani setiap tahunnya. Pola tanam seperti ini dikatakannya menyesuaikan dengan kondisi cuaca untuk meminimalisir dampak buruk cuaca itu sendiri.

“Januari sampai April petani di sini menanam kedelai karena curah hujan lebih sedikit, sebab kalau sering hujan tanaman kedelai tidak cocok tumbuh pada tanah yang tergenang, nah baru pada musim penghujan para petani menanam padi dan jagung,” bebernya.

Masa hidup kacang kedelai adalah 85 sampai 100 hari terhitung sejak pertama kali di tanam, dengan musim tanam pada Bulan Februari sampai Maret, maka waktu panen kacang kedelai di Desa SB Kolam biasanya dilakukan pada Bulan Mei sampai Juni setiap tahun. Sesaat sebelum panen kedelai, para petani biasanya juga telah menanam jagung di sela-sela tanaman kacang kedelai. Sistem tumpang sari seperti ini dikatakan sangat efektif mengurangi serangan hama ulat pada kacang kedelai. Dengan begitu para petani di Desa SB Kolam menjadikan sistem tumpang sari sekaligus metode pengendalian hama, tak heran produktifitas tanaman mereka cukup tinggi.

“Panen Bulan Mei 2015 silam hasilnya sangat menggembirakan, rata-rata satu hektar lahan menghasilkan 2,3 ton kacang kedelai kering,” lanjut Hamdan.

Para pengusaha tani di Desa SB Kolam telah ter-organiasai dengan baik, sebuah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) telah terbentuk di sana. Gapoktan yang diberi nama Silva Lestari ini, terdiri dari 30 Kelompok Tani (Poktan) dimana satu poktan beranggotakan 25 orang petani. Ketua Gapoktan Silva Lestari, Masraji mengatakan lembaga yang dipimpinnya ini mencakup 4 dusun di Desa SB Kolam dengan luas area pertanian lebih dari seratus hektar.

“Dari catatan terakhir kita pada panen kacang kedelai Bulan Mei lalu, lahan yang sukses panen mencapai 120 hektar, panen kali ini sangat menggembirakan hasilnya,” cerita Masraji.

Diceritakan Masraji, terdapat beberapa kendala dalam sektor pertanian di Desa SB Kolam, mulai dari cuaca yang tidak menentu, harga jual yang tidak stabil, hingga buruknya infrastruktur yang mengganggu proses distribusi menjadi penghambat perkembangan para pengusaha tani di daerah ini. Namun kendala-kendala ini tidak membuat petani di SB Kolam hilang semangat, sebat tanah di Kecamatan Jawai yang terkenal subur menjadi satu diantara motivasi mereka betah menjalani hidup sebagai pengusaha tani.

“Keluhan utama para petani di sini adalah jalan penghubung antar daerah yang rusak parah, akibatnya susah mengangkut hasil panen. Dari kebun ke rumah saja sering menggunakan roda dua, sebab terkadang mobil tidak bisa melewati jalan yang rusak parah,” ceritanya.

Selain itu harga jual kacang kedelai yang tidak stabil juga dirasa cukup mengambat perkembangan sektor pertanian di desa ini, sebab pada panen terakhir harga kacang kedelai jatuh hingga Rp 5.000/kg. Untungnya tahun ini para petani di Desa SB Kolam mendapat sejumlah bantuan pemerintah dalam program Upsus Pajale 2015. Dengan begitu biaya operasional perawatan tanaman sedikit banyak bisa ditekan.

“Tahun ini ada bantuan bibit dan pupuk dari pemerintah, sehingga tidak terlalu banyak keluar biaya untuk perawatan. Kalau tidak begitu mungkin tidak tertutupi biaya operasional dengan harga kedelai yang hanya Rp 5.000 per kilo,” sambungnya.

Bantuan pemerintah dikatakan Masraji sangat meringankan beban petani, namun lebih lanjut dirinya berharap peyaluran bantuan tersebut sesuai dengan jadwal tanam para petani. Sebab beberapa tahun sebelumnya, bantuan pupuk disalurkan saat petani sudah memasuki masa panen, sehingga manfaatnya kurang dirasakan. Namun semua permasalahan dalam aktifitas pertanian ini selalu dihadapi para pengusaha tani di Desa SB Kolam dengan semangat tinggi. Terlebih dengan adanya Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai yang digalakkan pemerintah membuat semangat mereka semakin terpacu, pasalnya dalam program tersebut kegiatan bertani menjadi semakin semarak dengan keterlibatan berbagai pihak.

“Yaa, dengan program ini sepertinya semangat petani semakin tinggi karena banyak acaranya, seperti panen kemarin, personil-personil TNI dari Koramil ikut membantu kami panen kedelai, mengolah lahan menjadi aktifitas yang menyenangkan,” papar Masraji.

Hasil panen kacang kedelai di Desa SB Kolam dipasarkan hingga ke beberapa daerah lain di luar Kabupaten Sambas. Kabupaten Bengkayang merupakan pelanggan tetap kacang kedelai Desa SB Kolam setiap tahunnya. Selain itu Dinas Pertanian dan Peternakan Sambas juga sering membeli kacang kedelai dari kelompok tani di Desa ini untuk pembibitan.

“Selain dijual ke Bengkayang dan Dinas, para petani di sini sering menjual kepada pengecer baik yang di Desa SB Kolam maupun Desa lain, kalau masalah pemasaran hingga saat ini tidak mengalami kendala yang begitu berarti,” pungkas Masraji.

Pola pertanian di Desa Sarang Burung Kolam sangat sejalan dengan misi swasembada pangan melalui Upsus Pajale yang digalakkan pemerintah. Masayarakat petani dii daerah ini sudah begitu terbiasa menjalani sistem pertanian seperti ini. Setiap tahun mereka menanam dan memanen tiga macam komoditas tanaman yang berbeda, dengan hasil yang baik pula. Sedikit saja lagi sentuhan pembangunan di daerah tersebut bisa dipastikan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan sektor pertanian. Sebab akses ke Desa SB Kolam, bahkan Kecamatan Jawai secara umum merupakan masalah utama yang menghambat aktifitas masyarakat di daerah ini (tan/06).

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 2309 kali

Exit mobile version