Organisme pengganggu atau hama dalam bidang pertanian sudah ada sejak kegiatan pertanian itu sendiri dikenal manusia. Berbagai upaya dilakukan manusia menanggulangi serangan hama tersebut, di Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas, perang melawan hama pertanian dilakukan para pengusaha tani setempat dengan rasa tanggung jawab, tak ada keluh kesah dan kesan berat tampak dari sikap mereka, serangan hama pertanian mereka hadapi dengan jawaban “bekerja”.
SAMBAS, KB1 – Satu diantara permasalahan di bidang pertanian adalah hama, para pengusaha tani menggunakan berbagai cara memerangi hama, mulai dari cara tradisional hingga cara modern dengan sentuhan teknologi. Bagi komoditas padi, keong mas (Pomacea canaliculata) merupakan jenis hama yang cukup mengganggu, sebab hewan bercangkang ini menyerang semaian tanaman padi yang masih muda, menggerogoti akar hingga pangkal batang padi dan merusak pertumbuhannya.
Serangan hama keong mas biasanya meningkat pada musim penghujan, dimana saat itu sawah-sawah tadah hujan akan terendam air hingga setinggi mata kaki. Saat seperti ini memaksa para pengusaha tani bekerja ekstra membasmi hama, cara manual sampai penyemprotan mereka lakukan. Kartini (42) satu diantara pengusaha tani di Kecamantan Semparuk Kabupaten Sambas telah berkali-kali merasakan serangan hama keong mas di sawah miliknya. Dia bersama suaminya Sukiman (42) bahu-membahu menyemprot dan mempreteli satu-persatu keong mas yang bertengger pada batang padi yang mereka tanam.
“Kalau petani di sini menyebutnya ire’-ire’, hewan ini banyak muncul kalau sawah tergenang air, susah juga membasminya, kalau disemprot kadang tidak mati karena dia berlindung dalam cangkangnya, jadi kami lebih sering memungutnya secara manual, pernah sampai berkarung-karung jumlahnya,” cerita wanita yang akrab di sapa Tini ini.
Dikatakan Tini, hama keong mas cukup mengganggu dalam usaha pertanian yang mereka lakoni, sebab hewan ini kalau sudah menyerang akan merusak semaian padi dengan parah. Keong mas menurutnya suka menggerogoti akar dan pangkal batang yang masih muda, karenanya pertumbuhan padi jadi rusak total dan harus diganti dengan semaian baru.
“Beda dengan tikus yang makan buah padi, kalau keong ini kan makan akar sampai pangkal batang, jadinya tanaman padi tidak bisa tumbuh lagi, terpaksa diganti dengan yang baru semaiannya, repotlah pokoknya kalau sudah diserang hewan ini,” sambung Tini.
Terakhir, hama keong mas menyerang tanaman padi milik Tini pada musim penghujan lalu. Saat itu sebagian besar sawahnya tergenang air hingga setinggi mata kaki. Berbagai upaya dilakukan Tini dan suaminya membasmi hama ini, kala itu mereka memilih cara penyemprotan karena serangan keong yang cukup parah. Walau tak sampai menyebabkan gagal panen serangan hama keong mas kala itu menyebabkan jadwal panen mereka sedikit tertunda.
“Kalau yang terakhir kami menggunakan berbagai cara membasmi keong, saat penyemprotan dengan obat anti hama kurang berhasil, kami menggunakan obat tradisional seperti labu air, jengkol bahkan tubbe (racun ikan) kami taburkan ke sekitar sawah. Namun tetap saja banyak tanaman padi yang kena makan, panen jadi agak terlambat karena kami banyak menyemai ulang,” ceritanya.
Diakui Tini para pengusaha tani di Kecamatan Semparuk belum menggandeng sektor pertanian dan peternakan. Ketika ditanya pemanfaatan tubuh keong mas yang mereka punguti, Tini mengatakan umumnya para pengusaha tani di tempatnya membuang atau menjemur keong-keong tersebut hingga mati. Walau terdapat beberapa petani yang menjadikannya pakan untuk ayam dan bebek namun jumlahnya tidak seberapa, sebab ternak ayam dan bebek hanya dilakoni para pengusaha tani di Semparuk pada skala kecil, level belakang rumah bak kata mereka.
“Kalau keong sudah berkarung-karung tadi biasanya petani di sini membiarkannya begitu saja, dijemur sampai mati, ada juga sih yang menjadikannya makanan bebek dan ayam tapi tidak banyak, tidak termakan ayam-ayam kami karena keong-keong itu banyak sekali kalau sudah musimnya,” cerita Tini.
Di empat hektar sawah miliknya Tini menanam padi dengan metode Hazton sejak tahun 2013 lalu. Diakuinya metode ini sedikit banyak mengurangi resiko serangan hama keong mas. Sebab dengan metode ini, semaian padi yang mereka tanamkan ke sawah berumur lebih tua dibanding metode tanam biasa. Selain itu jumlah batang padi yang lebih banyak dalam satu rumpun menurut Tini relatif lebih tahan terhadap serangan hama keong mas.
“Salah satu manfaat Hazton yang kami rasakan adalah mengurangi dampak serangan hama keong ini, karena kalau umur semaian sekitar 25 hari keong mas tidak bisa lagi memakannya, beda dengan semaian yang 14 hari, itu sangat rentan dimakan keong,” lanjut Tini.
Sawah padi milik Tini berdampingan langsung dengan sawah lainnya milik rekannya sesama pengusaha tani. Walau pengelolaannya dilakukan masing-masing, namun waktu menanam dan memanen mereka lakukan secara terjadwal dan serempak. Serangan hama juga mereka alami bersama sehingga membasminya juga biasa mereka lakukan bersama. Kekompakan sesama pengusaha tani begitu terasa dalam lingkungan pertanian di daerah ini.
“Kalau hama keong memang kami basmi di sawah masing-masing, sebab hewan ini kan pergerakannya lambat sehingga tidak perlu jauh-jauh mencari dan mengejarnya, beda dengan tikus, membasminya harus ramai-ramai dengan kawan-kawan petani lain, ada yang menunggu di lobangnya dan ada yang mengejarnya,” cerita Tini seraya tertawa mengingat saat mereka bergotong royong membasmi tikus.
Hama lain yang sering menyerang sawah petani di Kecamatan Semparuk adalah burung pipit, hewan ini dikatakan Tini juga cukup merepotkan karena mobilitasnya yang cepat. Para petani di tempatnya menggunakan orang-orangan sawah untuk menghalau dan menakuti burung pipit yang menghampiri buah padi mereka.
“Ada tiga sih jenis hama yang sering merusak padi kami, yang paling parah tikus, kedua keong mas dan yang berikutnya adalah burung pirik (burung pipit). Tapi kami sudah biasa menangani hama-hama ini, namanya juga usaha pasti ada masalahnya, semua itu kami anggap lumrah dalam bertani,” cerita Tini.
Membasmi hama bagi para pengusaha tani di Kecamatan Semparuk sudah menjadi pekerjaan yang biasa sebagaimana petani pada umumnya. Bagi mereka aktifitas ini merupakan proses yang harus dijalani dalam rangkaian usaha tani. Serangan hama yang silih berganti menjadikan mereka ibarat pelajar yang terus mencari dan mencoba ilmu untuk menyelesaikan masalah, perlahan tapi pasti yang keberhasilannya bisa dilihat dari penerapan metode Hazton yang ternyata bisa menekan serangan hama keong mas. Membasmi hama tikus juga memperkokoh solidaritas mereka sesama pengusaha tani, mereka mampu mengambil manfaat lain dari masalah yang terjadi, kegiatan usaha tani di daerah ini seakan berjalan begitu natural sejalan dengan budaya masyarakat Sambas yang kuat persaudaraannya (tan/06).
Artikel ini telah dibaca 2209 kali