Welcome Datok Anwar

Oleh : Mursalin

Selalu saja ada yg menarik dari seorang Anwar Ibrahim. Namanya juga figur yang sudah punya “merk”. Menjadi Ikon. Teraniaya. Dipenjara. Pejuang sejati. Jatuh bangun. Tak kenal lelah mencari keadilan. Dan, apalagi sekarang. Anwar menjadi orang nomor satu utuk memerintah di Malaysia. Perdana Menteri jabatannya. Maka lengkaplah sudah. Sanjungan. Pujian. Pengakuan sahabat, seorganisasi, dan sebagainya pun berdatangan kepadanya.

Hadir pada pekan lalu, diawal tahun 2023, tentu menjadi hal yang paling spesial bagi anwar bertandang ke jirannya Indonesia. Meski dulu nya juga sudah sering ke sini, tapi kali ini ia lebih “dialu alukan”, kata orang Malaysia. Karena ia datang sebagai tamu resmi negara. Disambut Presiden Jokowi. Pertemuan bilateral pun dilakukan oleh kedua pemimpin yang negerinya bersebelahan ini.

Bahkan yang lebih menarik lagi, saat Anwar diundang hadir diacara yang dihelat bos trans grup Chairul Tanjung. Dia pun didaulat untuk memberikan ceramah atau kuliah umum dan atau sejenisnya. Tak tanggung, berjubel tokoh penting Indonesia hadir di acara tersebut. Ada sederet menteri, mantan menteri, mantan tokoh militer, pejabat teras legislatif, pengusaha, politisi dan sebagainya.

Tak hanya mampu mencuri perhatian audiennya, Anwar di forum tersebut seolah berhasil merebut hati seisi ruangan-yang rerata adalah orang penting di republik ini. Tepuk tangan bergemuruh dan berulang kali, mulai dari awal sang Datok PM berbicara hingga selesai berceramah.

Padahal kalau kita bandingkan, Anwar tentu tak sekaliber Bung Karno yang memiliki konsep dan gagasan ideologis berbangsa dan bernegara. Begitupun dibandingkan dengan sejumlah tokoh berkarakter lainnya-yang pernah menjadi pemimpin negara yang cukup melagenda; seperti Nelson Mandela, Mahatmagandi dan sebagainya.

Anwar diacara tersebut berbicara simpel, mulai tentang dirinya, perjuangannya dalam mencari keadilan, serta gagasan yang akan dilaksanakan setelah berhasil ditunjuk oleh Raja sebagai pimpinan pemerintahan di Malaysia. Tanpa teks, Anwar berbicara dengan runtut, ber refrensi, disertai joki segar. Walaupun bercermaah dengan menggunakan bahasa Melayu, seolah seluruh audiens seisi ruangan bisa mengerti apa yang sang disampaikan oleh sang datok.

Baca :  25 Tahun Reformasi Halloo..!!

Berulangkali Anwar menyampaikan, bahwa dia justeru banyak terinspirasi oleh gagasan atau pemikiran tokoh Indonesia dalam menapaki perjuangan hidupnya. Bukan hanya dirinya, sang bunda (ibunya) yang membesarkan, juga adalah pengagum karya sastra Indonesia. Keluarganya banyak mengoleksi buku yang ditulis oleh budayawan atau intelektual kita.

Meski sudah berusaha “merendah”, tetap tak membuat audien menjadi tak terkesimak. Mereka serius menyimak saat Anwar berbicara. Saya sempat terpikir, apa gerangan yang menarik? Bisa jadi, jangan jangan, bukan cuma konten atau muatan pembicaraan dari si penceramah saja, tapi jauh lebih menarik adalah, sosok yang kini menjadi pemimpin negara tersebut, untuk saat ini, era mutaakhir penuh hiruk pikuk, merupakan “barang langka”. Termasuk di kita tentunya, Indonesia. Anwar adalah sedikit orang (pemimpin yang sedang berkuasa).

Misalnya tentang kemanusiaan, keadilan, kesejahteraan, perasaan untuk tidak saling dendam dan memaafkan, Anwar yang pernah teraniaya hingga dipenjara, mengatakan bahwa dirinya sudah “move on”. Yaitu dengan siapa saja yang pernah memperlakukan kesewenangan terhadapnya. Begitupun saat bicara tentang korupsi, Anwar malah lebih lantang lagi. Ia menegaskan, upaya menjaga untuk tidak korup akan ia mulai dari lingkungan keluarganya terlebih dahulu. Yaitu Istri dan anak anak, akan diingatkan. Diberi pagar api terhadap praktik korup. “Keluarga yang paling utama menjadi contoh.”

Sebagai tokoh yang sudah lama malang melintang dalam organisasi, politik dan perjuangan, tentu Anwar sadar betul, dirinya tak cukup hanya berbicara saja. Ia harus mampu membuktikan dengan kerja nyata dalam membangun kembali Malaysia menjadi lebih gilang gemilang. Apalagi paska didera pandemi dan kemelut politik lima tahun terakhir, berimbas buruk bagi perekenomian Malaysia.

Baca :  25 Tahun Reformasi Halloo..!!

Bagi Anwar, hanya bermodalkan konsep yang kuat ditangan tidaklah cukup untuk menyukseskan kerja nyatanya. Ia harus mampu membangun konsolisasi yang kuat dan kokoh di negerinya. Apalagi ia sadar, Pakatan Harapan, partai utama pendukungnya, belum menjadi mayoritas di parlemen Malaysia dari hasil Pemilu kemarin. Berkaca dari beberapa Perdana Menteri sebelumnya yang lengser di tengah jalan, Anwar tentu akan memasang kuda kuda yang kuat agar tak tersingkir. Dan salah satu yang paling ampuh yaitu dengan menunjukan kerja nyata.

Saat berkesempatan berkunjung ke Malaysia paska terpilihnya Anwar, baik di kawasan Borneo maupun bagian Semenanjung, ketika Saya berbincang santai dengan beberapa warga Malaysia, mereka memang sangat menaruh harapan besar kepada Anwar. Latarbelakang pengetahuan ekonomi dan pengalaman pernah di pemerintahan yang dimiliki sang datok, diyakini bahwa PM Malaysia ke10 ini akan bisa membawa Malaysia menjadi lebih baik. “Buktinya pasar menyambut baik beliau. Indeks saham dan ringgit semakin bagus sejak Anwar terpilih,” ujar salah seorang mahasiswa Universitas Islam Antar Bangsa ketika berbincang dengan saya dalam perjalanan di MRT atau Mass Rapid Transit.

Spirit Anwar untuk menjadi pemimpin yang ideal, patut diapresiasi. Bahkan diharapkan memberikan inspirasi bagi banyak pihak. Terlebih tahun depan kita Indonesia akan mengelar pesta demokrasi akbar, Pemilu serentak di seluruh Indonesia. Hadirnya pemimpin ideal adalah yang selalu didambakan oleh rakyat dalam setiap Pemilu. Yaitu pemimpin yang mampu membawa negara menjadi semakin baik, makmur dan sejahtera.** (Penulis adalah praktisi media)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 1127 kali