KalbarOke.com – Pemerintah Indonesia bergerak cepat merespons tekanan global yang kian meningkat. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI pada Kamis 3 Juli 2025 menegaskan bahwa pelemahan ekonomi global mulai berdampak nyata terhadap perekonomian nasional.
“Situasi global saat ini tidak membaik. IMF dan Bank Dunia telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025,” ujar Sri Mulyani.
Data global menunjukkan gejala perlambatan yang nyata. Indeks aktivitas manufaktur dunia (PMI) kini berada di zona kontraksi, harga komoditas cenderung menurun, dan konflik geopolitik antara Iran dan Israel (yang turut melibatkan Amerika Serikat) memicu lonjakan harga minyak hingga 8 persen sebelum berangsur stabil.
Lebih jauh, volume perdagangan dan investasi global diproyeksikan nyaris stagnan. Kombinasi ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionis Amerika Serikat, termasuk pengumuman tariff liberation day oleh Presiden Donald Trump pada April lalu, makin menekan dinamika ekonomi dunia.
Indonesia Masih Tangguh, Tapi Mulai Terimbas
Meski tekanan global semakin terasa, ekonomi Indonesia dinilai masih cukup tangguh. Inflasi inti tetap terkendali di angka 1,9 persen, dan ekspor masih berjalan stabil. Bahkan neraca perdagangan RI mencatatkan surplus pada Mei 2025.
Namun, tanda-tanda dampak global mulai meresap ke ekonomi domestik. Aktivitas manufaktur Indonesia masuk zona kontraksi, penjualan semen dan mobil menurun, serta sektor keuangan menghadapi gejolak akibat ketidakpastian global.
“Ini sinyal bahwa tekanan global mulai memengaruhi komponen pertumbuhan ekonomi kita,” kata Menkeu.
Pemerintah Gencarkan Stimulus Ekonomi Tahap Kedua
Untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, pemerintah merilis paket stimulus ekonomi tahap kedua di triwulan II-2025. Langkah ini diharapkan dapat menjadi penyangga atas pelemahan global yang berpotensi menekan laju pertumbuhan RI hingga ke level 4,7 persen, seperti diproyeksikan IMF dan Bank Dunia.
Berikut beberapa poin utama stimulus yang diluncurkan:
Diskon Transportasi selama libur sekolah (Juni–Juli 2025) untuk tiket kereta, pesawat, dan kapal laut dengan alokasi anggaran Rp0,94 triliun.
Diskon Tol untuk periode yang sama dengan anggaran Rp0,65 triliun (non-APBN).
Perluasan Bantuan Sosial berupa tambahan Rp200 ribu/bulan untuk Kartu Sembako selama dua bulan dan bantuan beras pangan 10 kg/bulan, dengan anggaran Rp11,93 triliun.
Subsidi Upah sebesar Rp300 ribu untuk 17,3 juta pekerja berpenghasilan di bawah Rp3,5 juta, termasuk 565 ribu guru Kemendikbud dan Kemenag, dengan anggaran Rp10,72 triliun.
Diskon Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja bagi pekerja sektor padat karya senilai Rp0,2 triliun (non-APBN).
“Melalui stimulus ini, kita ingin menjaga daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi domestik agar bisa menahan tekanan global yang makin kompleks,” tegas Sri Mulyani.
Dengan strategi ini, pemerintah berharap bisa tetap menjaga roda ekonomi nasional tetap berputar, meski badai global terus menghadang. (*/)
Artikel ini telah dibaca 139 kali