Indeks

Jeritan Gelap di Tanah Merdeka: Kampung Moro Behe 1 Merindukan Cahaya

Jeritan Gelap di Tanah Merdeka: Kampung Moro Behe 1 Merindukan Cahaya. (Foto: Warga/Lorens Padan)

KalbarOke.Com – Di tengah perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80, sebuah ironi pahit menyelimuti Kampung Moro Behe 1, sebuah dusun terpencil di Desa Meranti, Kecamatan Meranti, Kabupaten Landak. Meski sudah puluhan tahun merdeka, 110 rumah warga yang dihuni oleh 575 jiwa masih hidup dalam kegelapan.

Melalui sebuah surat terbuka yang menyentuh hati, warga Kampung Moro Behe 1 menyampaikan “jeritan hati” mereka. Mereka bertanya, “Sudah 79 Tahun Indonesia merdeka, tapi kampung kami masih gelap gulita… di mana letak keadilan energi untuk kami?”

Beban Berat dan Bahaya di Balik Kegelapan

Ketiadaan listrik telah menjadi beban berat bagi 155 Kepala Keluarga di Moro Behe 1. Untuk penerangan malam, mereka mengandalkan lampu pelita, genset, atau bagi yang mampu, panel surya. Salah seorang warga, Lorens Padan, mengungkapkan kesenjangan biaya yang mencolok.

“Kalo ada listrik, beli voucher 20 ribu mungkin cukup untuk seminggu. Kalo genset, 5 liter bensin untuk satu malam, biayanya bisa sampai Rp60 ribu. Dengan Rp60 ribu voucher listrik, mungkin bisa dipakai 2-3 minggu,” jelasnya.

Lebih dari sekadar penerangan, ketiadaan listrik membawa dampak serius pada berbagai aspek kehidupan. Anak-anak terpaksa belajar di bawah lampu minyak, berisiko terhadap kesehatan mereka. Para lansia harus meraba-raba dalam kegelapan.

Dampak ekonomi pun tak kalah parah; usaha kecil mandek karena tidak adanya listrik untuk produksi atau pendinginan. Akses pendidikan, kesehatan, dan keamanan menjadi terganggu.

Surat terbuka masyarakat Moro Behe 1.

Harapan yang Tak Kunjung Padam

Meskipun letaknya hanya 3 kilometer dari pusat Kecamatan Meranti, Kampung Moro Behe 1 seolah terisolasi dari pembangunan. Surat terbuka tersebut ditujukan kepada berbagai pihak, mulai dari PLN, Gubernur, DPRD, hingga Kementerian ESDM, dengan harapan agar jeritan mereka didengar.

Warga Moro Behe 1 menegaskan bahwa mereka tidak lagi menginginkan janji, tetapi tindakan nyata. “Kami ingin hidup yang layak, seperti warga Indonesia lainnya. Kami ingin merdeka—merdeka dari kegelapan,” tulis mereka. Kisah Kampung Moro Behe 1 ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa pemerataan pembangunan, khususnya akses listrik, adalah hak dasar setiap warga negara yang harus segera dipenuhi. (aw/01)

 

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 349 kali

Exit mobile version