Bejuruq-Bebarai di Ladang Orang Jalai

KETAPANG, KB1 – TIDAK sampai satu jam, aktivitas menanam padi itu pun tuntas. Kerja keroyokan membuat pekerjaan besar tersebut menjadi mudah dan ringan. Tidak kurang dari 20 warga turun ke ladang seluas setengah hektar tersebut. Mereka terdiri dari lelaki-perempuan, tua dan muda.

Menugal atau menanam padi itu dimulai sekira jam 07.00 pagi. Para peladang menyiangi terlebih dahulu lahan yang hendak ditanam. Rumput dan tetumbuhan pengganggu disingkirkan dengan dicabut satu persatu. Seusai menyiangi lahan, para pekerja itu pun beristirahat sembari menikmati kopi dan peganan yang disajikan oleh pemilik ladang.

Suasana ladang di kaki bukit itu rutup oleh canda dan gelak tawa para pekerja. Waktu senggang ini pun dimanfaatkan oleh sebagian pekerja untuk menelpon atau sekadar berkirim pesan singkat (SMS) ke kerabat kolega mereka. “Di sini baru dapat sinyal (telepon seluler) karena tempatnya tinggi, di atas bukit,” ujar Herlianus, pemilik ladang, beberapa waktu lalu.

Kerja pun dilanjutkan kembali sekira setengah jam kemudian. Mereka membuat lubang tanam alias tugal untuk ditanami padi. Tugal dibuat dengan cara menusukan tongkat kayu ke tanah. Tugas ini dilakoni para peladang di barisan depan yang terdiri atas para lelaki. Lubang tanam itu selanjutnya diisi sejumput benih padi oleh perempuan peladang di barisan belakang.

Baca :  Bakso Sapi Bakmi Ayam 68, Tempat Yang Wajib Kamu Singgahi Jika Ke Kota Singkawang

Setelah hamparan ladang dipenuhi benih padi, para peladang pun berkemas dan bersiap pulang. Setiba di rumah, mereka pun bergegas membersihkan diri karena telah ditunggu di rumah pemilik ladang. Para peladang kembali berkumpul untuk bersantap siang bersama. Jamuan ini sekaligus memungkasi kegiatan perladangan di hari itu.

“Menu alakadarnya. Cuma nasi putih dan sayur,” ujar Herlianus seusai menjamu para peladang.

Peladang yang bekerja untuk Herlianus adalah kaum kerabat dan tetangganya di Desa Pasir Mayang, Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Herlianus sebelumnya juga membantu mereka saat membuka dan membersihkan lahan untuk berladang. Pekerjaan ini dilakukan secara sukarela hingga tidak berupah.

“Kue dan minuman saat di ladang, serta makan siang ini sebagai ucapan terima kasihnya,” lanjut Herlianus.
Bejuruq-bebarai
Tradisi bergotong-royong saat berladang masih dilakoni warga di Pasir Mayang. Di komunitas adat Dayak Jalai tersebut tradisi ini dikenal dengan bejuruq. Bejuruq digelar secara bergilir di ladang milik warga. Jadwalnya menyesuaikan dengan kesiapan ladang dan pemiliknya. Tradisi ini melibatkan warga dalam jumlah besar.

Ada budi, ada balas. Begitu perumpaan dalam peribahasa. Ketentuan tidak tertulis ini juga berlaku dalam bejuruq. Warga yang ladangnya telah di-bejuruq, harus mengikuti kegiatan serupa di ladang milik tetangga sekampungnya. Balasan dari bejuruq itu dinamai bebarai.

Baca :  Bakso Sapi Bakmi Ayam 68, Tempat Yang Wajib Kamu Singgahi Jika Ke Kota Singkawang

“Bebarai artinya bebayar atau berbalas. Makanya, tradisi ini sering disebut bejuruq-bebarai,” jelas Dalman (30 tahun), warga yang ikut bejuruq di ladang Herlianus.

Tradisi bejuruq-bebarai akan kembali dilakukan warga pada saat panen, sekitar empat atau lima bulan kemudian. Tidak hanya saat berladang, gotong-royong juga dilakukan warga sewaktu ada hajatan atau kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga. Menurut peneliti John Bamba bejuruq-bebarai hanya satu di antara pola hubungan kerja sama di komunitas adat Dayak Jalai.

“Pola lain ialah sambayan, dan banasiq. Sambayan digelar besar-besaran, sedangkan banasiq lebih sederhana,” kata mantan Direktur Eksekutif Institut Dayakologi tersebut, di kesempatan terpisah.

Perbedaan sambayan dengan banasiq tidak hanya terletak pada jumlah massa, juga kebiasaan yang berlaku. Rangkaian sambayan diakhiri dengan makan besar, dan begandang, yakni pesta musik tradisional yang memainkan instrumen tetabuhan. Adapun banasiq, hanya diakhiri dengan makan bersama.

“Banasiq dan sembayan tidak perlu ‘dibayar’ dengan tindakan serupa seperti pada bejuruq” pungkas John. (Re/01)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 1989 kali