Indeks

Di Balik Pintu Istana: Cerita Hangat Jamuan Makan Siang Prabowo dan Presiden Peru

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Republik Peru Dina Ercilia Boluarte Zegarra melaksanakan working lunch yang digelar di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 11 Agustus 2025. Foto: BPMI Setpres

KalbarOke.com – Di sebuah ruang jamuan yang berkilau lembut di Istana Merdeka, aroma rempah mulai merayap keluar dari dapur. Waktu menunjukkan siang hari, dan Jakarta berada di bawah langit cerah. Di balik pintu kayu megah yang terbuka lebar, dua pemimpin negara duduk saling berhadapan, tersenyum, dan berbicara dalam suasana yang lebih menyerupai pertemuan keluarga ketimbang forum diplomatik.

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, hari itu menjadi tuan rumah bagi Presiden Republik Peru, Dina Ercilia Boluarte Zegarra. Working lunch ini pada Senin 11 Agustus 2025, memang masuk agenda resmi kunjungan kenegaraan, namun nuansanya jauh dari kaku. Dari cara kedua pemimpin itu bertukar canda ringan, terlihat jelas bahwa diplomasi hari itu tengah dihidangkan bersama rasa hangat persahabatan.

Hidangan pertama segera datang: Selada Ayam Bali, sejuk, segar, dan renyah, seolah menjadi salam pembuka dari dapur Nusantara. Sesaat setelahnya, Scallop Lodeh hadir — perpaduan tak terduga antara kelembutan seafood dan gurih santan, memberi kesan bahwa budaya dan rasa pun bisa saling bersentuhan dengan indah.

Lalu tiba hidangan utama yang menjadi pusat perhatian: Gulai Barramundi. Ikan segar berpadu kuah kuning kaya rempah, membawa tamu kehormatan itu dalam perjalanan singkat melintasi cita rasa Indonesia. Dan seperti semua jamuan yang baik, manis menjadi penutup: Merah Delima, dengan kilau biji delima yang bening, menyegarkan lidah sekaligus menutup pertemuan dengan kesan cerah.

Di meja, gelas-gelas berisi jus semangka, jus jeruk, kopi, teh, hingga sparkling apple cider non-alkohol berjejer rapi. Setiap tegukan seolah menjadi jeda yang pas di tengah obrolan mengenai peluang kerja sama strategis antara dua negara.

Di luar ruangan, halaman Istana Merdeka sunyi, hanya terdengar gemericik air dari kolam hias. Di dalam, percakapan terus mengalir, melintasi batas formalitas. Bukan hanya tentang angka perdagangan atau perjanjian resmi, tetapi juga tentang menghargai perbedaan, menemukan persamaan, dan membangun kepercayaan.

Jamuan makan siang ini menjadi pengingat bahwa diplomasi tidak selalu lahir dari ruang negosiasi yang tegang. Kadang, ia bermula dari sepotong ikan gulai, selembar selada, atau segelas jus yang dibagikan bersama. Di meja itu, Indonesia dan Peru tidak hanya bertukar kata, tetapi juga rasa — dan dari situlah persahabatan mulai bertumbuh. (*/)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 29 kali

Exit mobile version