Indeks

Duka di Laut Kalbar: Dua Dugong Mati Beruntun, KKP Beraksi Cepat Bersama Jejaring Konservasi

Ilustrasi dugong satwa laut dilindungi di tengah aktivitas manusia yang semakin padat di laut.

KalbarOke.com – Dua dugong ditemukan mati dalam waktu yang nyaris bersamaan di perairan Kendawangan, Kalimantan Barat, pertengahan Juni lalu. Kejadian ini menjadi peringatan serius akan rentannya satwa laut dilindungi di tengah aktivitas manusia yang semakin padat di laut.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun langsung bergerak cepat, bersinergi dengan berbagai pihak untuk menangani kasus ini dan mencegah terulangnya insiden serupa.

Dugong, atau duyung, dikenal sebagai mamalia laut yang pemalu dan langka. Namun nasib malang menimpa dua ekor dugong yang ditemukan mati pada 15 dan 18 Juni 2025, di sekitar Pulau Cempedak. Kematian keduanya menjadi sinyal bahaya bagi konservasi satwa ini di perairan Indonesia.

“Kejadian ini sangat memprihatinkan. Dugong termasuk spesies yang dilindungi penuh secara nasional dan internasional,” ujar Sarmintohadi, Direktur Konservasi Spesies dan Genetik KKP, dalam pernyataan resmi, beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan, penanganan mamalia laut terdampar harus dilakukan cepat dan sesuai prosedur, sekaligus menjadi momen edukasi bagi masyarakat pesisir.

Dari Jaring Nelayan hingga Terdampar Mati

Kematian dugong pertama diketahui melalui laporan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) yang tergabung dalam jejaring konservasi bersama Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak.

Dugong malang itu ditemukan tersangkut jaring nelayan di sekitar Lagan Belanda dan langsung dievakuasi ke dermaga Pulau Cempedak oleh Pokdarwis setempat. Setelah dilakukan nekropsi oleh tim gabungan, bangkai dikuburkan secara layak di Markas Komando Lanal Ketapang.

Tiga hari berselang, kejadian serupa kembali terjadi. Seekor dugong lain ditemukan mati terdampar tak jauh dari lokasi sebelumnya. Kali ini, pemeriksaan medis dilakukan oleh tim dari YIARI bersama Yayasan WeBe Konservasi Ketapang, dan bangkai dikuburkan di lokasi yang sama.

Kolaborasi Jadi Kunci

Kepala BPSPL Pontianak, Syarif Iwan Taruna Alkadrie, mengapresiasi respons cepat berbagai pihak yang terlibat. “Kolaborasi lintas sektor jadi kunci utama dalam penanganan kasus seperti ini. Tanpa jejaring konservasi yang solid, penanganan bisa jauh lebih lambat,” ujarnya.

Sebagai tindak lanjut, BPSPL bersama mitra konservasi mengadakan pertemuan lanjutan untuk mengkaji hasil nekropsi dan merumuskan strategi pencegahan ke depan, termasuk edukasi masyarakat, pengawasan jaring ikan, dan peningkatan patroli perairan.

Langkah Menuju Laut yang Lebih Aman bagi Satwa Dilindungi

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, sebelumnya telah meluncurkan lima program ekonomi biru, termasuk perluasan kawasan konservasi dan pengendalian pencemaran laut. Kematian dua dugong ini menjadi momentum penting untuk mempercepat realisasi program-program tersebut di lapangan.

Dugong bukan hanya simbol keanekaragaman hayati laut, tetapi juga cerminan keseimbangan ekosistem yang rapuh. Perlindungan mereka berarti menjaga masa depan laut Indonesia. (r*/)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 176 kali

Exit mobile version