PONTIANAK, KB1 – Harga beras yang masih tinggi dikeluhkan masyarakat. Betapa tidak, dengan harga berasyang tinggi menyebabkan pembiayaan kebutuhan keluarga bisa tersedot hampit duapuluhan persen daripendapatan, terutama mereka yang berpenghasilan masih rendah. “Kalau untuk beras saja sudah duapuluh persen, bagaimana untuk lainnya. Mulai dari lauk pauk, pakaian, sekolah dan lain sebagainyayang mesti dipenuhi,” ujar Mufihadi, salah seorang warga di Pontianak, kemarin.
Menurut Hadi, beberapa tahun terakhir, kenaikan harga beras memang sangat terasa. Mulai dari limaribuan perkilogramnya, lalu kemudian secara perlahan terus naik hingga mencapai sepuluhan ribu. Padahal, untuk harga yang demikian termasuk beras dengan kualitas yang umum atau biasa. Sehingga demikian, tidak ada alternative bagi mereka untuk memilih yang lainnya.
Sementara, kata Hadi, yang namanya beras adalah kebutuhan pokok. Untuk pemenuhannya tidak bisa ditunda dan harus tersedia setiap saat di rumah. “Bagaimana bisa ditunda kalau beras. Setiap harikan kita makannya nasi. Saban hari di rumah masak beras,” ungkapnya.
Melihat kondisi harga beras yang masih tinggi, ujar Hadi, pemerintah sepertinya untuk segera turun tangan. Sebab masalah kebutuhan pokok ini dapat menimbulkan keresahan apabila masyarakat tidak dapat memenuhinya. “Bagaimana caranya lah supaya ada harga beras yang murah. Sulit bagi kami yang kondisi ekonomi pas-pasan begini,” tandasnya.
Keluhan senada disampaikan seorang ibu yang juga warga Pontianak. Karena harga beras yang tinggi, jelas dia, maka untuk mengatur ekonomi keluarga, maka dirinya terpaksa harus memangkas pembiayaan yang lain, seperti salah satunya lauk pauk. “Mau tidak mau, ya, memang harus begitu. Kalau beras kan mesti dipenuhi. Lauk nya saja berarti dikurangi,” kilah Dewi.(awr/01)
Artikel ini telah dibaca 1688 kali