KAPOK DENGAN PETI, WARGE MANDOR DAMBA LAPANGAN PEKERJAAN BARU

PONTIANAK, KB1 – Masyakarat di Kecamatan Kuala Mandor Kabupaten Landak mendambakan lapangan pekerjaan baru, sebab selama ini sebagian besar dari mereka bekerja di pertambangan emas tanpa ijin yang banyak menimbulkan masalah. Mereke meminta kepada pemerintah setempat agar memberikan solusi kepade mereka, sebab lahan tempat mereka tinggal saat ini kondisinye sudah rusak cukup parah.
Nasi telah menjadi bubur, saat ini sedikitnya 800 hektar lahan di Kecamatan Kuala Mandor Kabupaten Landak mulai tepian sungai sampai ke kawasan hutan berubah menjadi lahan tandus akibat aktifitas PETI. Lahan tersebut hampir tadak bisa lagi dimanfaatkan masyarakat sumber daya alamnya. Alhasil kini mereka kesulitan untuk mencari sumber pekerjaan. Kini mereka sangat mendambakan campur tangan pemerintah mengatasi permasalahan ini, penciptaan lapangan pekerjaan baru sangat mereka harapkan.
“Keadaan seperti ini tidak bisa dibiarkan, harus ada niat untuk memperbaikinya , pemerintah sejujurnya juga punya tanggung jawab dalam permasalahan ini, sebab mereka tidak memberikan solusi lain, lapangan pekerjaan apa yang bisa dipilih masyarakat”, jelas Robert selaku Kepala Desa Mandor.
Robert mengatakan keinginan untuk beralih profesi kini sudah mulai disadari oleh masyarakat di Kecamatan Kuala Mandor karena mereka sudah merasakan sendiri dampak buruk dari aktifitas PETI di daerah mereka. Selama ini mereka mengaku terpaksa bekerja di PETI semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup. “Masyarakat kerja di PETI memang karena tidak ada pilihan lain, kalau saja misalnya mereka ditawari pekerjaan kantoran dengan gaji UMK saya yakin mereka pasti berhenti, sementara ini memang cuma pemerintah yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan di sini, sebab swasta yang ada belum bisa maksimal menyerap” lanjutnya.
Rusaknya lingkungan tempat mereka tinggal menyebabkan tanah mereka tidak bisa lagi digarap, sumber air mereka rusak serta berbagai bencana lingkungan lainnya. Hidup masyarakat di daerah tersebut kini terasa begitu sulit dengan berbagai keterbatasan yang ada (fjr/06).

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 1510 kali