KURS DOLLAR PENGARUHI TEMPE DAN TAHU DI PONTIANAK, KOK BISA?

PONTIANAK, KB1 – Kurs Dollar terhadap Rupiah yang terus merangkak naik, berimbas pada industri tahu dan tempe di Kota Pontianak,  sebab kacang kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan makanan tersebut di-impor dari luar negri. Demi mempertahankan daya beli masyarakat, para produsen tempe dan tahu biasanya tidak menaikkan harga, namun mengecilkan ukuran produk mereka.

Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pontianak, Haryadi S Triwibowo, kurs Dollar yang terus merangkak naik mengakibatkan harga-harga produk Impor di Kota Pontianak mengalami kenaikan harga. Tak terkecuali kacang kedelai yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dan tempe.

“Yang paling terkena dampak adalah tahu dan tempe, karena bahan baku pembuatannya kan kacang kedelai yang merupakan produk impor” ujar Haryadi saat meninjau Pasar Flamboyan Jum’at (28/8/15).

Untuk menjaga daya beli masyarakat, produsen tahu dan tempe di Kota Pontianak tidak serta merta menaikkan harga produk mereka. Namun menurut Haryadi, mereka mengambil langkah lain yaitu dengan cara mengecilkan ukuran produk mereka.

“Produsen biasanya tidak langsung menaikkan harga, takut pelanggannya lari, jadi langkah yang mereka ambil itu mengurangi ukuran produk mereka” jelas Haryadi.

Berdasarkan pantauan kalbarsatu di sejumlah pasar tradisional dalam Kota Pontianak, harga tahu dan tempe memang tidak mengalami kenaikan. Tempe saat ini masih dijual pedagang dengan harga Rp 6.000 per petak ukuran besar. Sedangkan tahu masih dijual dengan harga Rp 600 – 800 per buah.

Di Pasar Dahlia Pontianak Barat, para pedagang di sana masih menjual makanan tersebut dengan harga yang sama sejak sebulan lalu. Ukuran tahu dan tempe juga dikatakan tidak terlalu mengalami perubahan yang berarti.

“Biase jak hargenye ni, sudah sebulan ndak ade naik, ukurannye pun ndak jauh bede” kata Arisye satu diantara pedagang tahu dan tempe di Pasar Dahlia.

Walau begitu, dampak naiknye kurs Dollar yang dirasakan pedagang adalah pembeli yang berkurang. Menurut Sulastri pedagang lainnya belakangan ini pembeli yang datang jauh menurun dibanding waktu-waktu sebelum harge Dollar melonjak.

“Kalau tahu dan tempe ini masalah penjualannya bukan harga yang naik atau ukuran yang berkurang, tapi pembeli yang sepi, mungkin karena banyak keperluan lain orang jadi susah belanja” imbuhnya. (tan/06).

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 1780 kali