Tahukah anda jika buah segar, kini bisa menjadi sebuah karya seni? Ya.., fruit carving atau seni mengukir buah memang baru tren di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Motif ukiran nan indah yang dihasilkan, menjadi daya tarik tersendiri, khususnya dalam dunia kuliner. Seperti terpajang di Café 212, Jalan Ampera, Pontianak Kota, Jumat (12/10) Sore.
Pontianak – Fruit carving atau seni mengukir buah memang sudah tren di dunia koki beberapa tahun terakhir. Seni ini konon sudah ada sejak zaman kekaisaran Cina. Di mana biasanya, karya dari seni buah ini dipamerkan pada sebuah pesta atau jamuan makan malam.
Fruit carving biasanya mengunakan buah padat untuk diukir. Seperti buah semangka, pepaya dan apel. Teknik pengukirannya ternyata tidaklah gampang. Sebab membutuhkan proses lama untuk mengukir satu buah semangka dengan desain ukiran yang rumit. Bahkan bagi seorang chef handal Medwin yang telah lama menggeluti seni ukir buah tersebut membutuhkan waktu satu hingga dua jam untuk menghasilkan sebuah ukiran buah.
Namun jika membuat tampilan seperti burung enggang, chef Medwin perlu waktu lebih lama lagi. Bahkan bisa menghabiskan waktu hingga empat sampai lima jam. Selain memakan waktu cukup lama, ternyata perlu ketelatenan dan kesabaran yang tinggi untuk belajar fruit carving. Karena jika salah sedikit, maka harus mulai kembali dari awal.
“Kalau soal proses mengukir ya, tergantung model ukirannya. Kalo buat ukiran yang simpel aja sih satu atau dua jam cukup. Tapi kalo buat motif susah atau bentuk figure bahkan sampai empat jam-an baru kelar,” jelas Medwin.
Meski dinilai menarik, namun sebagian orang berpikir, Fruit carving merupakan sebuah pemborosan. Karena banyak sisa ukiran yang terbuang begitu saja. Namun Danu yang juga seorang Fruit Carver menjelaskan, baginya seni tidak ada untung rugi. Asalkan bisa menghasilkan suatu karya yang indah. ”Karena kita bicara seni ya, jadi tak ternilai dengan harganya,” pungkas Danu. (Ary)
Artikel ini telah dibaca 2281 kali