Indeks

Midji vs Atbah ?

Midji vs Atbah? Ah, masa iya. Ungkapan itu spontan terlontar dari Saya ketika mendengar cerita teman saat santai di warkop ber-pro-kes, usai taraweh, malam dua hari lalu. “Paling hanya salah persepsi saja,” gumam Saya lagi sambil menyeduh kopi tanpa gula yang disuguhkan. Meski pahit, tapi tetap terasa nikmat racikan kopinya.

Terlalu banyak argumen bagi Saya untuk membantah kabar bersliweran tentang “Pak Gub vs Pak Bup” tersebut. Pertama, seingat Saya dulu, saat Pilkada 2015, Pak Sutarmidji yang masih menjabat Walikota Pontianak dan Ketua DPW PPP Kalbar versi Dzan Paridz, sangat berperan dalam pengusungan Pak Atbah dan Bu Hairiah di Pilkada Sambas. Atbah waktu itu digendong oleh PKS. Lalu dijodohkan oleh PPP dengan Hairiah. Dan hasilnya diluar dugaan banyak pihak, kedua pasangan ini berhasil mengalahkan Bupati incumbent Juliarti.

Lantas seakan bulan madu pun kian berlajut antara Midji dan Atbah dikala Pilkada Gubernur digelar 2018. Kabupaten Sambas dibawah kepemimpinan Atbah dan Hairiah termasuk daerah penyumbang suara terbesar kepada pasangan Sutarmiji dan Ria Norsan. Dan gayung pun bersambut lagi. Midji dan Norsan tampil menjadi pemenang dalam kontestasi demokrasi propinsi Kalbar.

Sejak dilantik menjadi Gubernur Kalbar, kalau kita ikuti, intensitas kunjungan Sutarmiji terbilang sering ke Kabupaten Sambas. Bukan hanya berkunjung dan menggelar acara tingkat propinsi maupun nasional di Sambas, tapi Kita juga mendengar Gubernur memboyong sejumlah program pembangunan ke daerah paling utara Kalbar ini. Salah satu yang paling dinanti masyarakat adalah, realisasi jembatan penyeberangan dari Tebas ke Tekarang.

Jembatan penghubung dua wilayah daratan Kabupaten Sambas yang terpisahkan oleh Sungai Sambas besar ini memang wajar didambakan warga. Karena selama ini masyarakat tergantung pada kapal feri dan motor air yang serba terbatas, dari segi waktu dan efektifitas lainnya. Dengan hadirnya jembatan penghubung di posisinya yang strategis tersebut nanti, diharapkan akan mempermudah mobilitas warga. Jika akses jadi mudah, perekonomian semoga terpacu dan kesejahteraan masyarakat ikut terimbas.

Selain kegaiatan formal atas nama kepemerintahdaerahan antara keduanya yaitu Sutarmidji dan Atbah Rohmin Suhaili, intensitas mereka juga dilakukan dalam kegiatan politik. Lagi lagi, di Pilkada 2020 kemarin, Midji termasuk yang ikut berperan memasangkan kembali Atbah dan Hairiah-walaupun sempat tersiar kabar incumbent ini pencah kongsi. Hanya saja, di Pilkada untuk yang kedua ini, Atbah-Hairiah tak bernasib mujur. Bahkan mereka hanya berhasil meraih suara diurutan ketiga dari empat pasang calon yang berlaga di Pilkada Sambas 2020. Padahal saat Pilkada 2015 lalu, melawan incumbent Bupati Juliarti, pasangan ini berhasil meraih 50 persen lebih suara masyarakat di Pemilukada.

Nah, dari sejumlah fakta itu, bagaimana logikanya untuk mengatakan Midji dan Atbah ber-versus? Lagipula pun, Gubernur dan Bupati atau Walikota itukan, kata orang, ibarat bapak dan anak. Mereka saling asih, asah dan asuh.

Untuk sedikit mengetahui karakter Pak Midji, kebetulan Kami di PonTV ada acara talkshow rutin mingguan dengannya sewaktu menjabat Walikota Pontianak. Lumayan panjang episodenya, yaitu kurang lebih empat tahun, konsepnye siaran live dan ada waktu untuk pemirsa bertanya langsung melalui telepon.

Disela sela acara saat jeda, tak jarang dan bahkan sering, Kami saling canda. Untuk hal sepatu saja misalnya. Biasa Midji ikut berceloteh kepada kru yang bertugas di studio. “Ngape warne sepatu kau terang benar tuh? Silau nengok nye,” katanya kepada seorang kameraman yang mengenakan sepatu berwarna orange. Yang ditegur Walikota pun lantas tersipu malu akhirnya. “Lawar nye baju kau Pak Mursalen,” ujarnya mengomentari kostum yang Saya pakai selaku host diacara nya. Kami juga. Kadang mengomen Midji. “Eh mantap. Cam anak mude jak,” kata Kami saat ia mengenakan pakaian santai: celana jeans dipadukan kaos oblong lengan panjang.

Ungkapan Midji kala itu Saya liat spontan saja dan mengalir apa ada nya. Tidak dibuat buat. Hanya saja, memang, karena raut wajah Bang Midji yang agak serius, jadi, bagi yang baru mengenali seakan mengganggapnya sebagai hal serius pula.

Bukan hanya itu saja, tak jarang kepada warga yang bertanya di acara live, Bang Midji biasa beradu mulut dengan si penelpon. Lagi lagi memang spontan.Dan tak hanya ke warga sebenarnya, dulu, belum hilang dari ingatan kita, Midji pernah juga bersitegang dengan Sekda Kalbar saat masih menjabat Walikota.

Kalau cerita ngomelnya Midji memang bukan lagi jadi rahasia. Bahkan banyak yang bilang, Pak Midji itu ikon nya “berleter” alias ngomel, kata orang Pontianak. Semua yang menjadi mitranya, apalagi yang dibawah binaannya-baik di jajaran Pemprop maupun stakeholder lainnya, pasti biasa mendapat “semprotan” beliau.

Bukan hanya Bupati Sambas, beberapa Bupati atau walikota di Kalbar, kalau kita ikuti, juga pernah di-leter-kan oleh Gubernur Sutarmiji. Karena yang ngomel pimpinan, paling mereka meradang dan cukup menelan dalam hati masing masing.

Nah, kembali ke hal ihwal Atbah vs Midji, pada beberapa kesempatan, memang ada terdengar celotehan Gubernur dalam suatu acara formal kepada Bupati Sambas yang “kurang mengenakan”. Tapi lagi lagi, Saya yakin, konteks nya lebih pada bercanda. Walaupun kadang, tak jarang, membuat merah kuping telinga yang dicandainya.

Dan..eng..eng..eng. Entah kenapa, kali ini, Pak Bupati Atbah langsung meradang dan menyerang balik atas “skak” dari Gubernur Sutarmiji. Bukan cuma melalui wawancara dengan awak media, saling sahut juga terjadi di akun media sosial milik kedua nya. Alhasil, dunia per-medos-an pun jadi ramai. Mulai dari tukang kompor, pemadam kebakaran, hingga tukang AC, semua pada berkeluaran dari sarangnya di jagad maya-dengan berbagai motif.

Karena medos adalah ibarat pasar bebas arus informasi. Semua jadi tumpah ruah. Mereka aktif mengikuti dan menyimak pertandingan kelasemen terhits pada Mei dipengujung Ramadhan ini yaitu: Midji vs Atbah. Ada yang menunggu kehadiran babak demi babak selanjutanya, dan tak sedikit pula yang berharap drama segera berahkir; happy ending.

Kisah yang begini sebenarnya bukan cerita baru dalam serbaneka pemerintahan di republik ini. Salah satunya mengingatkan kita, dulu, lebih sepuluh tahun silam, pernah Gubernur Jateng Bibit Waluyo juga ngomel kepada Walikota Solo Jokowidodo. Hanya saja, Jokowi tidak menyikapi sang Gubernur dengan balik meradang, malah dengan gaya khas solonya, ia terangguk angguk atas semprotan yang dialamatkan kepadanya. Walaupun menurut teman Saya yang bekerja di salah satu media di Solo, anggukan Pak Jokowi punya makna mendalam dan juga sebenarnya bentuk perlawanan-sebagai gaya karakternya wong Solo. Dan ternyata, beberapa tahun berikutnya, bukan cuma menjadi Gubernur DKI, Jokowi lantas melesat tampil sebagai orang nomor satu di negeri ini.

Ehmmm. Untuk kes Atbah dan Sutarmiji, ada baiknya keduanya untuk segera bersilaturahmi, berjabat tangan dan saling maaf memaafkan. Jika ada salah dan khilaf, entahkah itu disengaja atau tidak disengaja, merupakan hal biasa sebagai manusia selaku makhluk dhoif. Silaturahmi tak mesti menunggu hari H Idul Fitri. Bila bisa semakin segera ketemu maka akan lebih baik lagi. Agar semua Kita rakyat Kalbar ikut menjadi lega dan ceria dalam menyambut lebaran yang tinggal menghitung hari ini.

“Ikan Sepat Ikan Gabus.” Pantun ini sempat dipopulerkan almahrum Bucharry A Rahman, yang pernah memimpin Kota Pontianak bersama Sutarmiji. “Makin Cepat Makin Bagus ya Pak!!” **

(Penulis adalah biak Pemangkat dan bekerja di PonTV)

Facebook Comments

Artikel ini telah dibaca 3927 kali

Exit mobile version