KalbarOke.Com – Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, menyatakan bahwa operasional penuh Pelabuhan Internasional Kijing terus dikebut. Ia mengungkapkan, satu-satunya kendala utama adalah ketersediaan peralatan untuk peti kemas.
Dalam pernyataan terbarunya, Krisantus menegaskan komitmen pemerintah daerah dan PT Pelindo untuk mempercepat fungsionalisasi pelabuhan tersebut. “Kita dengan Pelindo sudah intens, kita akan upayakan secepat mungkin,” ujarnya usai membuka Musprovlub Kadin Kalbar, Selasa (29/7/25) kemarin di Pontianak.
Ia menambahkan, meski sebagian fasilitas peti kemas sudah tersedia, peralatan utama untuk menangani peti kemas, seperti Container Crane (CC), masih belum terpasang.
“Kalau itu nanti sudah berfungsi, dampaknya akan sangat besar bagi Kalbar. Karena sawit, tambang, akan lewat di situ. Jadi kita tidak lagi mengirim DBH (Dana Bagi Hasil) ke tempat lain,” jelas Krisantus, menekankan pentingnya pelabuhan ini untuk ekonomi daerah.
Aktivitas Ekspor Impor Telah Berjalan
Di sisi lain, Deputy GM Kepatuhan Bisnis PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 2 Pontianak, Mustafa M. As’ad, menjelaskan bahwa sebagian operasional pelabuhan sebenarnya sudah berjalan.
“Kami sudah ekspor CPO, minyak goreng, dan turunan dari CPO melalui Kijing. Itu sudah berjalan kurang lebih 3 tahun,” kata Mustafa. Ia menambahkan, barang-barang curah lain seperti batu bara untuk industri juga sudah masuk melalui pelabuhan ini.
Mustafa membenarkan bahwa hambatan utama untuk layanan peti kemas adalah keterbatasan peralatan. “Kami menunggu relokasi CC dari Tanjung Priok. Jadi yang peti kemas ini yang belum dilaksanakan,” terangnya.
Selain itu, ia juga menyoroti masalah infrastruktur jalan menuju Pelabuhan Kijing yang belum sepenuhnya selesai.
“Kalau pindah (seluruh operasional peti kemas), bisa bayangkan kemacetan di jalan raya, terutama dari Sambas dan Bengkayang,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa pendangkalan Sungai Kapuas yang semakin ekstrem menjadi alasan lain untuk segera mengoperasikan Pelabuhan Kijing secara penuh. “Kalau dulu itu macet, misalnya BBM atau beras yang tidak bisa masuk,” ungkap Mustafa, menutup pembicaraan. (aw/01)
Artikel ini telah dibaca 53 kali