PONTIANAK, KB1 – Satu diantara faktor penghambat perkembangan pertanian di Propinsi Kalimantan Barat dan Indonesia secara umum adalah kurangnya pemahaman akan lingkungan oleh para petani. Para petani tradisional umumnya masih menggunakan insting dan kebiasaan saat melakukan berbagai aktifitas pertanian mereka. Dalam hal menentukan masa tanam misalnya, para petani masih ada yang tidak memperhitungkan faktor musim dan cuaca, akibatnya petumbuhan tanaman mereka jadi tidak maksimal.
Pakar pertanian Faperta Untan, Dr Iwan Sasli berpandangan rendahnya pemahaman lingkungan pada petani di Indonesia adalah disebabkan oleh faktor sosial dan budaya itu sendiri. Image petani di Indonesia masih dianggap sebagai profesi yang kurang berpendidikan, kurang bergengsi dan jauh dari kata modern. Dilain pihak profesi sebagai petani terbentuk secara turun temurun dalam suatu keluarga. Kondisi seperti ini sedikit banyak menghambat masuknya ilmu dan informasi yang seharusnya menambah wawasan para petani.
“Agar petani memiliki kemampuan yang cukup melihat lingkungan, tak bisa lepas membicarakan SDM petani itu sendiri ya, selama ini kan yang menjadi petani itu kan karena bapaknya petani, nah kemudian ketika ada anak petani yang kuliah dan menjadi sarjana, mereke cenderung tak mau kembali menerapkan ilmu pada bidang pertanian menjadi petani berwawasan, karena itu tadi menganggap image petani kurang bergengsi,” jelasnya.
Kondisi seperti ini menyebabkan para petani hanya berkutat pada pengetahuan dan wawasan yang telah mereka pelajari dari generasi sebelumnya. Banyak perkembangan terbaru tak tersampaikan pada mereka, termasuk dalam hal menyikapi lingkungan untuk pertanian, padahal pemahaman seperti ini sangat penting agar mereka tidak salah mengambil tindakan.
“Yang namanya bertani di alam pasti saling memberikan pengaruh dengan alam itu sendiri, misalnya bagai mana harus menentukan masa tanam, bagai mana membuka lahan yang ramah lingkungan serta bagaimana mengendalikan hama dengan musuh alaminya, belum banyak metode seperti ini tersampaikan pada para petani,” lanjut Iwan.
Jika pertanian berwawasan lingkungan berhasil dilakukan oleh para pengusaha tani di Indonesia, dekan fakultas pasca sarjana Faperta untan ini optimis pertanian di Indonesia jauh lebih berhasil dibanding kondisi saat ini. Sebab dengan memahami lingkungan, petani relatif dapat terhindar dari masalah kekeringan, serangan hama dan berbagai masalah lainnya yang harusnya bisa mereka atasi (tan/06).
Artikel ini telah dibaca 1674 kali